Tentang Bermain Catur Haram, Ini Pandangan Kaum Santri
Problem akut dalam beragama, belakangan, muncul Ortodoksi versus Heterodoks. Hal itu dipicu terhadap persoalan yang selama ini berkembang di masyarakat, sebagaimana hukum bermain catur yang dikatakan Ustadz Abdul Somad "haram".
Benarkah demikian? Berikut tulisan berjudul "Menjaga Ortodoksi Islam, yang merupakan pandangan Jamaluddin Mohammad, terkait masalah aktual tersebut:
Ustad Abdul Somad (UAS) tidak sedang mengada-ada ketika mengatakan permainan catur hukumnya haram. Dalam literatur fikih klasik, kita banyak menemukan keterangan yang dikemukakan UAS.
Salah satunya penjelasan dalam I'anah Al-Thalibin:
واللعب بالشطرنج مكروه ان لم يكن فيه شرط من الجانبين او أحدهما او تفويت صلات ولو بنسيان بالاشتغال به او لعب مع معتقد تحريمه والا فحرام --- الى أن قال --- وهو حرام عند الأئمة الثلاثة مطلقا
Tiga mazhab besar selain al-Syafii menghukumi (catur) haram. Menurut Imam al-Syafii hukumnya makruh. Itu pun dengan catatan: 1) tidak ada unsur taruhan. 2) tidak sampai melalaikan salat. Dan 3) tidak bermain dengan orang yang memiliki keyakinan catur haram. (I'anah, hal. 326-327. Vol. IV)
Dalam hal tertentu UAS tidak salah dan tidak patut diolok-olok. Sebagai penjaga ortodoksi Islam, ia harus menyampaikan apa adanya (blak blakan).
UAS tidak berbeda dengan para penjaga ortodoksi Islam lainnya, seperti Ustadz Adi Hidayat, Gus Baha, atau Khalid Basalamah -- sekadar menyebut contoh.
Mereka bagian dari “status quo” yang tidak akan beranjak jauh dari dunia teks untuk tetap menjaga dan menjamin keseimbangan umat beragama, terutama orang-orang awam.
Namun, sikap mereka bukan berarti tanpa risiko. Jika terus menerus berada di “zona aman”, pemikiran keagamaan akan keropos dimakan dinamika zaman.
Jika alam butuh bencana utk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan, begitu pun pemikiran keagamaan. Agama butuh pemikir-pemikir heterodoks untuk menyegarkan kembali pemikiran keagamaan.
Menurut saya, orang-orang seperti Kiai Husein, Kiai Syakur, Kiai Ulil --- sekadar menyebut contoh --- berada di barisan ini.
Pemikiran-pemikirannya tidak banyak disukai awam (tidak populer) tetapi gerak sejarah akan mengikuti pemikiran mereka. Saya tidak sedang meramal, hanya mencoba membaca tanda-tanda zaman.
Wallahu a’lam.
*) Catatan Redaksi: Meski demikian, di antara kiai ada yang hobi main catur. Sebagaimana pernah dilakukan Kiai Imron Hamzah. Begitu pun, ketika waktu salat, mantan Rais Syuriah PWNU Jatim, justru menyegerakan salat berjamaah.