Tendbir Semarang 'Konser' ke Pantai Klayar, Pacitan
Salah satu komunitas sepeda terbesar dan tersolid di Jawa Tengah, Tendbir Semarang mempunyai “konser” versinya. Bahkan mereka menggelar “konser” itu tanggal 4 Oktober lalu.
“Konser” ke Pantai Klayar Pacitan itu diadakan sebagai pemanasan sebelum “Mega Konser” mereka yakni Tendbir North Coast (NC) yang akan diadakan tanggal 13-14 November nanti.
Apa sih konser versi Tendbir itu? “Konser adalah sebutan kami untuk turing jarak jauh. Sebagai bentuk kegembiraan karena kita bisa gowes jarak jauh, menikmati pemandangan, makan-makan, foto-foto dan gembira bersama,” buka Aryanto Nugroho, lokomotif peloton di Tendbir.
Sejatinya, Tendbir punya agenda tetap untuk konser-konser mereka. Biasanya disebut GP Series. Awal tahun diisi dengan turing launching jersey. Biasanya dari Semarang ke Cemorosewu sekitar 150 km dengan elevation gain 2.500 meter.
Lantas menjelang puasa ada turing Joglosemar. Rutenya Semarang, Jogja, Klaten, Boyolali, dan Semarang. Total menempuh 230 km. Di sekitar hari kemerdekaan ada turing North Coast (jelajah pantura). Biasanya Semarang–Jakarta atau Semarang–Bandung. Atau Semarang-Surabaya.
“North Coast itu total 450 km selama dua hari. Dan biasanya menjelang tutup tahun ada turing ke Pacitan atau lintas provinsi lain yang mengambil jarak 200-230 km,” jelas Aryanto.
Tapi gara-gara pandemi Covid-19 semua jadwal ini berubah. Turing tutup tahun ke Pacitan dijadikan sebagai pemanasan sebelum North Coast ke Bandung tanggal 13-14 November.
Meskipun mengikuti protokol kesehatan yang ketat, tak mengurangi kegembiraan mereka. Peserta turing ke Pantai Klayar, Pacitan ini hanya 30 cyclist. Maklum, dibatasi demi kesehatan bersama.
Berangkat jam 6 pagi tepat dari Gombel, Semarang. Mereka melewati Salatiga, Solo, Sukoharjo, Wonogiri, dan finis di Pantai Klayar Pacitan. Meskipun sudah tiga kali Tendbir mengadakan turing ke Pacitan ini tapi tetap terasa berat.
Karena turing ini diadakan sebelum musim hujan, maka arah angin-pun berbeda dengan biasanya. “Biasanya kita adakan akhir tahun jadi kadang harus berjibaku dengan hujan bukan angin,” bilang Herman, ketua Tendbir.
Kali ini, angin dari arah depan dan samping sangat mendominasi. Ketika memasuki km 100, dari Sukoharjo ke Wonogiri, rute datar pun terasa berat karena angin ini.
Lantas, bagian berat lainnya adalah jalur rolling sepanjang Wonogiri hingga Giriwoyo. “Ditutup dengan tanjakan panjang sektar enam kilometer ke batas provinsi Jateng-Jatim,” ujar Herman.
Yang paling membuat cyclist frustasi adalah setelah gowes sejauh 190 km masih ada 18 km rolling menuju Pantai Klayar. Rollingnya “kejam” yaitu tanjakan tinggi tapi pendek. Di beberapa titik ada yang mencapai gradien 17-20 persen. Disambung turunan curam.
Teman-teman Tendbir yang tertinggal di belakang harus merasakan penderitaan tambahan dengan guyuran hujan deras. “Kami semua mengeluhkan 18 km terakhir ini menjadi bagian terberat turing kali ini. Padahal sebelumnya kita pikir itu bonus karena pantai kan posisi di bawah. Eh, ternyata paling berat!” keluh Guritno Wibisono, anggota Tendbir yang termasuk senior.
Meskipun begitu, Guritno hanya merasa kapok lombok. Artinya setelah pulang malah kangen ingin menjalani rute itu lagi. Begitu pula dengan Dhimas Ony.
“Inilah ujian saya sebagai cyclist pemula. Menantang diri untuk menembus batas. Ini turing 200 km pertama saya. Pantang menyerah adalah kunci utama melawan segala rintangan di jalan maupun cuaca. Terima kasih Tendbir dan teman-teman. Tantangan selanjutnya adalah NC!” bangga karyawan Kementerian KLH Semarang ini.
Meskipun berat dan menantang, Ari Puji Waluyo malah menceritakan pengalaman “konser”nya dengan tertawa terbahak-bahak. “Anak istri saya ikut turing ini dengan mobil. Mereka mau memvideo saya. Sampai ke Wonogiri ternyata hujan deras. Akhirnya rombongan Tendbir berteduh. Saya dan Guritno tetap jalan menembus hujan. Istri saya kehilangan jejak. Akhirnya dia menggunakan aplikasi peta online. Diarahkan ke jalan utama. Terpisahlah kita. Yang bikin sedih adalah, terpisahlah saya dengan segala macam perbekalan makanan yang saya bawa di mobil. Akhirnya saya dan Guritno makan apapun yang kami temui di warung pinggir jalan,” cerita Ari lantas tertawa mengingat kejadian lucu itu.
Akhirnya jam 16.30 sore seluruh rombongan mencapai Pantai Klayar, Pacitan dengan selamat dan gembira. “Pemanasan yang sangat sempurna untuk konser North Coast kami ke Bandung nanti!” tutup Ibow, sekretaris Tendbir yang membatasi peserta North Coast hanya untuk 50 orang cyclist saja.