Temui Ribuan Lulusan PTKI/Ma'had Aly, Khofifah Ingatkan Siklus 3E
Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa bersilaturahim dengan ribuan sarjana dan magister lulusan PTKI/Ma'had Aly penerima beasiswa dari Pemprov Jatim di Islamic Center, Surabaya, Sabtu 20 Juli 2024.
Ketua Lembaga Pendidikan Pesantren dan Diniyah (LPPD) Jatim, Prof Abdul Halim mengatakan, silaturahim ini digelar untuk menumbuhkan komunikasi antar lulusan.
"Silaturahim ini digagas agar lulusan yang memperoleh beasiswa bisa ketemu dan begitu ketemu bisa banyak hal mereka perbuat. Secara kebetulan selama lima tahu kami sudah menjalin kemitraan dengan 127 perguruan tinggi. Dari lima tahun sudah ada 5.860 yang memperoleh beasiswa, yang sudah lulus 2.300-an," kata Halim.
Sementara itu, Khofifah mengatakan, bahwa pengembangan sumber daya manusia (SDM) khususnya di lingkungan pesantren dan diniyah sangat penting bagi kesejahteraan di Jatim. Karena itu, di eranya memimpin pemprov konsisten memberikan beasiswa
“Menjadi pemimpin adalah menjadi pembelajar sejati. Harus terus menaikkan kapabilitas dan terus meningkatkan kompetensi. Karena semakin tinggi posisi seorang pemimpin dimanapun berada maka semakin besar pula tanggung jawabnya,” tegas Khofifah dalam keterangan tertulis.
Ia pun kemudian menyebutkan data Global Competitiveness Index tahun 2023, Indonesia berada di urutan ke-34. Masih di bawah negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Dengan kondisi ini, ia mengatakan bahwa SDM di Indonesia perlu mengejar ketertinggalan dengan meningkatkan kualitas. “Pendidikan menjadi sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, mengangkat harkat dan martabat serta kemajuan Bangsa,” tuturnya.
Perempuan yang juga Ketua Muslimat NU itu menyebut, kebijakan afirmatif menjadi cara untuk mewujudkan kesetaraan akses. Khususnya, memberikan hak yang sama pada mereka yang tidak menjangkau pendidikan tinggi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya menaikkan kualitas, kapasitas dan kompetensi.
Lebih lanjut, ia menegaskan, generasi yang saat ini harus disiapkan untuk menyambut Indonesia Emas 2045. Menuju Indonesia Emas, dibutuhkan generasi yang memiliki nasionalisme yang kuat, memiliki personal quotient yang tinggi mulai dari IQ, EQ, SQ dan juga AQ, serta memiliki penguasaan pada Digital Quotient yang meliputi digital citizenship, digital creativity dan digital entrepreneurship.
“Maka menyambut masa depan Indonesia Emas 2045 tersebut, pendidikan pesantren adalah faktor kunci populasi usia produktif menjadi bonus demografi. Kalau tidak dioptimalkan maka justru akan menjadi bencana demografi,” tegasnya.
Pada seluruh peserta yang hadir, Khofifah menyampaikan bahwa dengan semakin kompleks tantangan masa depan, ilmu dan sosial, maka menjadi pembelajar sejati adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan.
“Siklus 3E menjadi kunci pembelajar sejati. Tak lelah melakukan eksperimen, terus berlatih diri untuk mendapatkan pengalaman dan juga berlatih menjadi expert atau ahli. Seorang expert selalu adaptif pada perubahan, siap berkompetisi dan tak segan bersinergi,” pungkasnya.