Temuan Mengejutkan, Ada Burung Gosong Hidup Diluar Endemik Pulau Saobi
Telepon seluler itu berdering di suatu pagi. Nadanya berulang seperti biasa, bergantian dengan mode getar yang memang sengaja distel demikian. Tak ada firasat istimewa dengan telepon itu. Namun, suara tergopoh yang menyebut Burung Gosong ternyata di Pulau Masalembu membuat si empunya telepon selular berjengit seperti menginjak duri ikan yang dibuang sembarangan.
____________________
Telepon itu datangnya dari Fajar, seorang personil Pengendali Ekosistem Hutan. Begitu selular mati, nada sambung pun putus, seketika kegembiraan meruap seperti tukang mancing yang tujuh hari tujuh malam kailnya tak mendapat ikan.
Ruap gembira si Fajar, si pengendali ekosistem hutan ini, sungguh mencurigakan. Ono opo toh? Apa dapat rapelan gaji setahun dan promosi jabatan? Atau bagaimana? Tidak!
Tidak? Lho, lalu apa? Fajar pun segera nyerocos. Seumur-umur, dirinya, yang oleh negara dipekerjakan sebagai Pengendali Ekosistem Hutan, baru kali ini dia mendengar penjelasan bahwa Burung Gosong Kaki Merah, yang nama latinnya Megapodius Reinwardt, berada dalam kawasan tempatnya bekerja.
“Ini sangat mengejutkan,” kata Jafar. Sebab tak pernah ada catatan bahwa burung langka ini menghuni Pulau Masalembu. Pulau Masalembu ini adalah wilayah Kabupaten Sumenep.
Artinya, kata dia, temuan ini akan mencatatkan nama berikut tim yang berangkat ke pulau Masalembu sebagai tim pertama dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur yang melihat Burung Gosong hidup diluar endemik habitatnya.
Berdasarkan catatan, sejauh ini, di Pulau Jawa dan Bali keberadaan Burung Gosong hanya bisa ditemui Pulau Saobi. Pulau Saobi adalah pulau terluar dari gugusan Pulau Madura. Letaknya persis di sebelah Tenggara Kepulauan Kangean.
Burung Gosong, sejauh catatan yang ada, sejak lama, diketahui menjadi endemik di Pulau Saobi. Bahkan menurut data cagar alam tanah air, hanya di Pulau Saobi tersebut Burung Gosong hidup dan berkembang biak tak terusik.
Irfan ibarat mendapat durian runtuh. Seperti juga mendapat hadian lotre tak terduga. Pasalnya, keberadaan tim ekpedisinya di Pulau Masalembu bukan dimaksudkan untuk menyelidiki si Burung Gosong Kaki Merah ini. Tim yang dia pimpin berada di Pulau Masalembu sebenarnya dalam rangka program monitoring Burung Kakatua Jambul Kuning.
Kontan saja, temuan seperti durian runtuh ini, tak disia-siakan. “Ini benar-benar kesempatan langka,” kata Fajar.
Sembari mendekam di tanah, berlindung dibalik pepohonan berdaun lebat, Irfan segera meminta Asman Adi Purwanto yang menyertainya – fotografer Raptor Indonesia – untuk segera membidikan lensa kamera kea rah Burung Gosong yang kala itu sedang asik mencari makan.
Bidikan harus tepat dan cepat. Meski burung ini tergolong burung yang bersayap pendek dan hanya bisa terbang kaku dalam jarak terbatas, burung ini mampu berlari di tanah dan menyelinap dengan sangat baik.
Akhirnya beberapa pose eksentrik berhasil dibidik lensa. Tak masalah meski hasilnya tidak terlalu istimewa. Karena jarak terlalu jauh. Karena terhalang pohon dan lebatnya dedaunan hutan. Namun hasil bidikan itu tidak menjadi yang sigfinikan dibanding dengan momen langka nan tak terduga itu. Tim monitoring pun berpikir, jika hasil gambarnya jelek toh bisa diulang dengan ekspedisi lanjutan yang dikhususkan untuk memonitoring kembang biak Burung Gosong ini. (idi/bersambung)