Temuan di Situs Watesumpak, Bangunan Sakral Zaman Majapahit
Ekskavasi Situs Watesumpak Trowulan, Mojokerto telah berakhir pada 26 September 2022 kemarin. Hasilnya tim ekskavasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim menemukan bangunan sakral peninggalan zaman Majapahit.
Bangunan sakral itu pada masa lalu digunakan untuk sembahyang dan mendoakan arwah para leluhur.
Tim ekskavasi BPCB Jatim sudah menggali sekitar 40 persen dari ekskavasi tahap pertama. Luas situs tersebut yang selama ini dilindungi BPCB Jatim sekitar 28x20 meter persegi.
Banyak struktur purbakala yang sudah tampak dari 10 hari ekskavasi. Salah satunya ruang sakral di bagian barat Situs Watesumpak. Luas ruang sakral ini mencapai 12 x 3 meter persegi. Struktur tersebut menjadi bagian dari sebuah permukiman kuno dari zaman Majapahit. Permukiman ini disinyalir mempunyai sejumlah ruang yang dipisahkan dengan pagar.
"Ruang sakral ini dikhususkan untuk mendoakan arwah para leluhur oleh keluarga yang menempati permukiman ini. Kalau di Bali, ada ruang pemerajan atau untuk sembahyang dan mendoakan arwah para leluhur," kata Koordinator Tim Ekskavasi Situs Watesumpak, Vidi Susanto, Selasa, 27 September 2022.
Ruang sakral ini terdiri dari dua bagian. Sisi utara atau di sudut barat laut seluas 3x3 meter persegi tersusun dari bata merah kuno dengan teknik gosok. Terdapat anak tangga sebagai jalan masuk di sisi baratnya yang menandakan ruang ini menghadap ke barat. Permukaan dinding sebelah kanan dan kiri tangga dihiasi ornamen.
Sedangkan persis di sebelah selatannya merupakan bagian kedua ruang sakral seluas 9x3 meter persegi. Struktur ini berundak dan mempunyai 2 selasar. Lebar masing-masing selasar sekitar 40-50 cm. Permukaan vertikal undakan tersebut dulunya mempunyai hiasan yang artistik. Karena ditemukan ornamen di bagian selatan bermotif geometris.
Struktur ini juga dibangun menggunakan bata merah kuno dengan teknik gosok. Di sebelah baratnya atau di depannya terdapat 3 umpak berbahan bata merah kuno. Umpak tersebut menjadi indikasi ruang sakral bagian kedua dulunya mempunyai atap. Karena umpak berfungsi sebagai fondasi tiang bangunan. Kedua bagian ruang sakral itu menjadi tempat suci di masa lalu.
"Indikasinya yang pertama melihat pola bangunan membentuk tingkat. Kedua kalau menggunakan konsep pawitra atau gunung suci, arah hadap ruang sakral ini ke timur. Kalau ditarik garis imajiner (orang yang sembahyang pada masa lalu) menghadap ke Gunung Penanggungan," jelas Vidi.
Objek untuk sembahyang dan mendoakan arwah para leluhur, lanjut Vidi salah satunya diperkirakan berupa miniatur candi. Karena Tim ekskavasi menemukan bagian puncak miniatur candi berbahan tanah liat. Benda cagar budaya itu ditemukan di sudut barat daya struktur bangunan di Situs Watesumpak. Sayangnya bagian tubuh dan kaki miniatur candi tidak ditemukan.
"Indikasi ketiga ada miniatur candi yang difungsikan untuk sembahyang, bisa jadi dulunya ditempatkan di ruangan sakral," terangnya.
Ruang sakral tersebut, menurut Vidi dipisahkan oleh pagar setebal 60-70 cm dengan ruang lainnya di permukiman kuno tersebut. Pagar sisi utara panjangnya 5 meter membentang dari barat sampai ke sebuah pilar di sisi timur. Pilar di sudut timur laut struktur ini berukuran 1 x 1 meter persegi, setinggi 100 cm. Dari pilar ini pagar berbelok ke selatan sekitar 12 meter persis di belakang ruang sakral.
Struktur pagar tersebut bertemu dengan pagar sisi selatan yang membentang dari barat ke timur. Panjang pagar selatan mencapai 15 meter. Pada ujung timurnya berbelok ke selatan sekitar 2 meter. Seluruh bangunan pagar kuno itu terbuat dari bata merah yang dipasang dengan teknik spasi. Yakni menggunakan bahan tertentu sebagai pelekat antar bata.
"Karena umumnya pagar zaman Majapahit dibangun dengan teknik spasi. Isian spasinya menggunakan tanah," ujarnya.
Struktur purbakala di Situs Watesumpak sudah banyak yang rusak. Ketinggian bangunan yang tersisa, baik ruang sakral maupun pagar bervariasi. Mulai dari 1 lapis bata merah sampai 170 cm. Hanya gundukan tanah di sebelah timur ruang sakral yang masih berpotensi menyimpan struktur kuno. Persis di atas gundukan tanah ini terdapat 4 makam yang diyakini sebagai leluhur warga setempat.
Bangunan kuno di Situs Watesumpak diperkirakan permukiman zaman Majapahit. Karena banyak ditemukan benda purbakala maupun struktur yang lazim terdapat di sebuah permukiman. Antara lain batu pipisan 35 x 49 x 18 cm dan 2 fragmen lumpang berbahan batu, kolam bata merah seluas 2x2 meter persegi yang di tengahnya terdapat sumur berdiameter 0,5 meter, 2 sumur jobong, serta 1 sumur berbahan bata merah kuno dengan diameter 97 cm dan tinggi 57 cm.
Vidi menambahkan Situs Watesumpak diperkirakan permukiman yang dihuni kaum elite pada zaman Majapahit. Karena berdasarkan Naksah Negarakertagama, permukiman rakyat biasa tidak dikelilingi pagar.
"Kalau puri untuk orang-orang dengan kasta tinggi, dia punya pembagian ruang tempat sakral, semi sakral, profan. Berdasarkan kasta ada kerabat keraton, kesatria dan pemuka agama," tandasnya.