Tempoe Doeloe Tapi Keren, Ayo Ramaikan Festival Kota Lama Semarang
Dulu, tempoe doeloe identik dengan jadul. Jadul itu setara dengan kuno. Kuno itu lama. Lama itu expired. Expired itu tidak bisa diapa-apakan. Tinggal menunggu waktu dan menanti dibuang. Itulah dulu. Sekarang?
Beda dulu beda sekarang. Zaman kekinian mampu mengubah persepsi. Hal yang dulu itu menjadi identik dengan antik. Antik itu perlu diselamatkan, karena antik adalah warisan masa lalu yang memiliki beragam tafsir dan makna. Jadi, bicara dulu, boleh jadi akan menjadi sesuatu yang kekinian.
Menu makanan misalnya, yang berbau dulu adalah yang paling dicari. Bisa nostalgianya, bisa juga karena nilai sejarahnya.
Simak berikut, anda pernah mencicipi menu makanan tempo dulu? Makan mini socijsbrood misalnya. Atau Amandel en bitterballen. Atau juga Soep tomat ala Oma Oen yang sangat terkenal bernama Heldere tomatensoep met balletjes. Belum mencicipi?
Belum? Nah kalau belum, bagi yang ingin bernostalgia dengan makanan tempo doeloe jangan lewatkan Festival Kota Lama 2017. Even tempoe doeloe yang kreasikan kekinian itu siap menyapa Anda, 23-24 September 2017, di area Retensi Tawang Kota Lama, Semarang.
Bersama Oen’s Semarang Foundation (OSF), “AMBO” sebagai stakeholder Kota Lama, “Vrienden van Kota Lama”, masyarakat peduli Kota Lama yang berdomisili di Belanda, serta masyarakat dan komunitas peduli Kota Lama yang ada di Kota Semarang, membuat acara ini bisa digelar. Malahan sudah yang keenam kalinya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Partono, mengatakan, even Festival Kota Lama ini kembali menyapa. Tidak muluk, tapi tahun ini sudah keenam kalinya. Tetap dicreate tempo dulu. Agenda puncaknya, Gala Dinner yang menyediakan beragam makanan tempo dulu untuk masyarakat. “siapkan dana Rp 200 ribu per orang ya, Anda sudah bisa mencicipi beragam makanan tempo doeloe,” kata Partono.
Sekilas, harga terlihat \mahal. Tapi bila melihat menu yang dihidangkan dan bagaimana ini dikemas dengan berbagai hiburan, bujet Rp 200 ribu bakal terasa sangat murah.
Semua makanan tempo doeloe nantinya bisa dengan bebas dicicipi. Dari mulai Nostalgische snacks: mini socijsbrood, amandel en bitterballen, Heldere tomatensoep met balletjes, Garnalensalade-cocktail alias koktail slada udang, Kip met champignonsaus, aardappels en groenten atau steak ayam saos champignon dengan kentang goreng dan sayur, semua dipastikan siap disantap ramai-ramai.
Belum lagi nasi goreng Toko Oen, ice cream legendaris Toko Oen Tutti frutti ice cream met vruchten en kruimels dan Koffie/thee met koekjes atau kopi/teh dengan kue kering buatan Toko Oen.
Kemeriahan acara juga masih dilanjutkan dengan talkshow tentang “Kota Lama dan Kita.” Acara ini masih dalam rangkaian Festival Kota Lama 2017 yang nantinya digelar di Gedung Samudra Indonesia mulai jam 3 sore. Pengisi pembicaranya berasal dari GenPi Jateng dan komunitas Instagram Semarang, Explore Semarang. Acara ini gratis untuk umum.
Malam harinya, digelar Fashion show dan Line dance yang akan dimulai dari jam 7 malam. Lokasinya berada di panggung Festival. Fashion Show dan Dance on the street berrsama House of Pinky dan LPTB Susan Budihardjo ini menampilkan kolaborasi tari Belanda dan Jawa bersama tamu-tamu dari Belanda.
Even di Semarang ini cukup mendapat atensi Menpar Arief Yahya. Dia mengaku sangat happy lantaran Semarang mulai rajin membuat even kreatif yang bisa mendatangkan banyak wisatawan.
“Ini bagus sekali. Kota Lama Semarang sudah masuk dalam “tentative list” UNESCO, yaitu nominasi daerah yang berpotensi menjadi Warisan Dunia. Lewat even-even kreatif seperti itu, mata dunia akan terus mengarah pada Semarang," kata Menpar Arief Yahya
Dengan rumus Pentahelix, Menteri Arief yakin, “tentative list” UNESCO tadi akan makin cepat mendorong Kota Lama sebagai daerah tujuan wisata internasional.
"Tidak lagi menunggu siapa yang akan memulai, siapa yang berwenang, siapa yang memiliki tanggung jawab. Kuncinya Pentahelix, kerja bareng antara masyarakat, pemerintah, institusi pendidikan, media dan komunitas harus dimulai dari sekarang. Sinegisitas ini jadi kunci sukses," pungkasnya. (*/idi)