Temperature Detector Shield, Deteksi Suhu Tubuh Pakai Face Shield
Tiga mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menciptakan alat pendeteksi seseorang terindikasi virus corona atau Covid-19 dengan cepat dan akurat. Mereka adalah mahasiswa jurusan Teknik Elektronika, yakni Muhammad Iqbal Millyniawan Pradana, Firmansyah Putra Maulana, dan M Iodine Hanifan Firdaus.
Alat karya tiga mahasiswa tersebut bernama Temperatur Detector Shield. Alat ini menyerupai face shiled (pelindung wajah) yang dikombinasikan dengan thermal laser, dan dilengkapi dengan sensor GY-906 MLX90614 beserta lensa supaya orang dapat lebih aman dan tangan dapat lebih bebas bergerak.
Temperatur Detector Shield tercipta berawal dari kompetisi inovasi alat bertema Covid-19 di kampus. Ide pengembangan alat ini karena fenomena orang mengantre cek suhu tubuh sebelum memasuki suatu lokasi.
Tentu saja, pemandangan ini berlawanan dengan protokol kesehatan untuk jaga jarak dan tidak berkerumun. Selain itu, petugas yang melakukan cek suhu tubuh tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap.
Menurut Iqbal, Temperatur Detector Shield diciptakan agar pengecekan suhu tubuh lebih efektif dan efisien.
"Alat pengecekan suhu yang ada sekarang membuat orang mengantre dan tangannya tidak leluasa. Sedangkan alat kami aman dan cepat serta nggak ribet karena ada di face shield langsung,” kata Iqbal kepada Ngopibareng.id melalui sambungan telepon, pada Kamis 28 Mei 2020.
Pria asal Gresik itu menambahkan, pengecekan suhu tubuh dari alatnya bisa terdeteksi secara real time. Untuk pengoperasian Temperatur Detector Shield cukup mudah. Klik tombol on, seketika itu sensor infra red akan bekerja.
"Sensor mendeteksi suhu tubuh objek yang ada di depannya. Sensor ini juga bisa mengikuti arah gerakan kepala," jelas Iqbal.
Suhu yang terdeteksi oleh sensor lalu diproses menuju arduino mini dan datanya ditampilkan melalui LCD OLED. Sementara itu, untuk mengetahui akurasi alat ini, Iqbal dkk menggunakan thermoter suhu badan sebagai pembanding.
Mendeteksi Suhu dari Jarak Dekat
Temperatur Detector Shield mampu mendeteksi suhu tubuh seseorang dari jarak 60 sentimeter. Untuk bisa menggunaka face shield ini, suplai daya tertanam pada baterai lithium polymer (LiPo) yang ada. Jenis baterai ini dipilih lantaran ukurannya yang kecil namun dayanya besar.
“Face shield kami masih bisa mendeteksi pada jarak 60 sentimeter. Sebelumnya, target kami adalah minimal satu meter, sesuai protokol yang ada,” tambahnya.
Sebelum digunakan, Temperatur Detector Shield butuh pengisian daya selama satu hingga satu setengah jam melalui port USB pada bagian belakang. Daya yang sudah terisi dan terkandung dalam baterai akan dialirkan menuju ketiga komponen utama. Seperti sensor suhu tubuh, LCD OLED dan Arduino Pro Mini.
Jaga Jarak, Koordinasi secara Online
Proses pengerjaan Temperatur Detector Shield butuh waktu sekitar dua minggu. Hal ini disebabkan banyaknya komponen utama bahan yang harus dipesan di toko online. Seperti sensor tipe GY-MLX90614-DCI IIC Long Distance Infrared Temperaure, arduino pro mini, LiPO battery 800 mah, TP056 Module, LCD OLED 0.96 inch, dan face shield.
"Pandemi corona, jadi kami tetap menerapkan protokol kesehatan. Komponen Temperatur Detector Shield kami beli secara online. Pengirimannya butuh waktu sekitar 7-9 hari," terang Iqbal.
Uniknya, ketiga mahasiswa ini tak bertatap muka selama mengerjakan Temperatur Detector Shield. Iqbal bekerja dari Gresik, Firman dari Surabaya, dan Iodine dari Sidoarjo.
Iqbal yang merupakan ketua tim mengakali dengan membagi tugas menjadi tiga bagian. Iqbal bertugas menangani elektrik atau perangkat kerasnya, Firman mengerjakan desainnya, dan terakhir Iodine bertanggung jawab atas programming-nya.
Untuk bisa menyelesaikan proyek ini, ketiganya berkomunikasi secara intensif menggunakan WhatsApp dan Zoom.
Tahap pembuatan Temperatur Detector Shield ini dilakukan secara berurutan. Mulai dari elektrik, kemudian memasuki tahap desain, lalu dirangkai menjadi satu (assembly), dan terakhir pembuatan programnya.
Kendati alat pendeteksi suhu tubuh sudah siap pakai, Iqbal menyadari alat tersebut masih banyak kekurangan dan perlu pembenahan. Dia dan timnya berencana mengembangkan alat tersebut dengan memperbaiki alat dan menambahkan sejumlah fitur baru. Mulai dari sensor, agar dapat memberi peringatan jarak objek hingga satu meter sesuai anjuran WHO, jumlah orang yang bisa dideteksi, dan penambahan penyimpanan data.
“Alat kami masih banyak kekurangannya, kami akan memperbaiki dengan menambahkan beberapa fitur yang memungkinkan, mulai dari sensor, jumlah orang yang bisa dideteksi dan penyimpanan data,” tutup Iqbal.