Tempe, Hasil Karya Nusantara yang Mendunia
Dr Suyatno, B.Sc., M.Sc., Ph.D. dari Universitas Sultan Zainal Abidin (UNISZA), Malaysia memberi paparan tentang Nusantara kepada mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana UNAIR, 25 Februari 2020.
Menurut koordinator Sekolah Pasca Sarjana UNAIR, Dr Suparto Wijoyo, para mahasiswa Pasca Sarjana yang dididiknya perlu memperoleh materi tentang nusantara untuk a). membangun kesadaran kolektif tentang peradaban nusantara agar mengerti bahwa nusantara sebagai konsepsi teritorial sekaligus ideologis mampu mempersatukan bangsa serumpun melayu dan b). memahami wawasan nusantara sebagai landasan hukum negara nusantara sebagaimana dalam perumusan deklarasi Juanda: hukum laut dengan kaedah bahwa laut bukan pemisah melainkan pemersatu.
Dr Suyatno tidak hanya berbicara nusantara kepada mahasiswa UNIAR, di UNISZA Malaysia tempat ia mengajar, juga memberi mata kuliah nusantara kepada mahasiswanya. Kebijakan akademik ini dilakukan agar para mahasiswa hukum di UNISZA Malaysia ini menyadari dan memahami akan kebesaran dan keberadaban nusantara, yang wilayahnya pernah sedaratan dengan Asia Tenggara sebelum zaman es berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu.
Ketika zaman es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak air yang membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara. Sementara di nusantara timur, pulau Papua tergabung dengan benua Australia.
Setelah peristiwa pelelehan es (20.000 - 10.000 tahun lalu), gelombang migrasi manusia berduyun duyun datang ke nusantara. Maka tidaklah heran jika selanjutnya suku bangsa Indonesia sangat beragam. Bahkan ada suku bangsa Indonesia (Dayak di Kalimantan) yang memiliki kemiripan dengan suku bangsa di Formosa, Taiwan. Suku bangsa Papua memiliki kemiripan dengan suku bangsa Aborigin, Australia.
Nusantara adalah tanah tua. Nusantara kaya akan keragaman etnis budaya, bahasa dan cara hidup serta peradaban. Menurut Dr. Suyatno orang-orang nusantara cukup bahagia dengan nilai-nilai dan norma-norma yang mereka miliki. Salah satunya ada falsafah hidup di kalangan orang Jawa yang berbunyi “mangan gak mangan kumpul” (makan tidak makan asal kumpul).
Falsafah ini memiliki arti bahwa lebih baik hidup susah di desa atau di kampung daripada harus berpisah dari keluarga dan kerabatnya untuk sekedar mencari makan ditempat lain. Menyimak arti di atas, di sana terdapat nilai dan derajat kebahagiaan tersendiri ketika mereka bisa berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara. Falsafah hidup itu adalah salah satu nilai kearifan lokal (local wisdom) yang ada di nusantara.
Seiring dengan kemajuan jaman, termasuk harapan Surabaya lebih maju, maka nilai nilai kearifan lokal akan memegang peranan penting dalam mewarnai kemajuan Surabaya ke depan. Banyak orang mengukur bahwa kemajuan kota adalah ekspresi kebahagiaan karena suatu kemajuan dianggap sebagai bentuk keberhasilan.
Kota Surabaya dengan program kota kembar (sister city), yang selama ini ada dengan beberapa kota dunia seolah mensejajarkan posisinya, pencapaiannya, dengan saudara-saudara kembarnya itu. Padahal, obyek yang disetarakan itu masih jomplang, tidak seimbang. Misalnya program sister city Surabaya dengan Liverpool dalam hal waterfront city.
Di Liverpool, waterfront-nya sudah nyata adanya, banyak gedung gedung dibangun menghadap ke laut. Lingkungan tepian laut pun ditata sehingga nyaman dan indah untuk area publik. Namun, tidak demikian dengan “waterfront” di Surabaya. Surabaya belum punya dan Surabaya perlu membangun pada lahan yang menghadap ke laut sehingga ada kemiripan dengan waterfront Liverpool.
Surabaya memang harus lebih maju di masa mendatang. Namun, keberhasilannya jangan terlebih dahulu disejajarkan dengan apa yang dicapai oleh saudara-saudara kembarnya itu. Karenanya, agar setiap langkah kemajuan dapat dirasakan, maka keberhasilan pada tingkat apapun harus disyukuri sebagai hasil pembangunan bahwa hari ini sudah lebih baik daripada kemaren dan hari esok bisa lebih baik dari hari ini.
Mensyukuri (Jawa Surabaya: nedho nrimo) adalah bentuk sikap dan karakter nusantara atau yang biasa disebut kearifan lokal (local wisdom). Manusia selalu memiliki sifat "serakah", tidak puas dengan apa yang sudah diperolehnya. Ada peribahasa Inggris mengatakan: "The more you have, the more you want" (Semakin banyak yang anda dapatkan, semakin banyak pula yang anda inginkan).
Pun demikian dalam hal pembangunan. Setelah berhasil membangun suatu proyek, muncul lagi keinginan membangun proyek lainnya. Syukur, jika pembangunan itu bersifat berkelanjutan (sustainable development) sehingga keinginan manusia itu selalu selaras sesuai dengan perencanaan besar (grand design).
Surabaya perlu memiliki grand design sehingga tahapan pembangunan yang ada senantiasa berpijak pada perencanaan yang baik. Jika suatu pembangunan tidak selesai pada periode tertentu, maka pembangunan itu akan dilanjutkan pada tahap berikutnya sesuai dengan perencanaan.
Mensyukuri pada setiap tahapan pencapaian adalah sikap kearifan lokal. Pada tahap pencapaian tertentu memang masih jauh dari harapan final, namun dengan mensyukuri apa tahapan yang dicapai, maka disana ada nilai kepuasan dan kebahagiaan. Nilai-nilai semacam inilah, kearifan lokal, yang harus dipahami oleh warga nusantara, terlebih oleh rakyat Surabaya dalam membangun kotanya.
Tidak hanya dalam sikap dan fikir Surabaya ini dibangun, hasil hasil pembangunan kota akan lebih berkarakter dan bermartabat jika diwarnai oleh nilai-nilai kearifan lokal. Maka di masa depan, Surabaya tidak hanya lebih maju, yang minimal tidak kalah dari kota kota kembarnya, namun pembangunan itu memberikan ciri khas ke-Surabayaan.
Sama-sama maju, tapi Surabaya berbeda karena karakternya muncul. Itulah identitas bangsa yang harus dijunjung dalam pembangunan Surabaya sehingga Surabaya menjadi kota yang maju, berkarakter dan bermartabat.
Kita ambil satu contoh sederhana dari hasil karya cipta nusantara, yang kini menjadi identitas bangsa. Yaitu tempe. Biasanya tempe dibilang makanan ndeso tetapi siapa sangka jika tempe yang biasa kita beli dengan harga Rp 2.500 di Surabaya, bisa menjadi makanan yang sangat mahal di beberapa negara. Misalnya di Sydney (Australia), Amsterdam (Belanda), Edmonton (Canada), Tokyo (Jepang), Paris (Perancis) dan masih banyak lagi.
Maka memasyarakatkan makan tempe bisa menjadi gerakan menghargai kearifan lokal dan gerakan hidup sehat. Secara umum, tempe mengandung protein dan serat yang tinggi. Karena lebih padat, tempe menjadi sumber protein nabati paling tinggi dibanding sumber protein nabati lainnya. Selain itu, tempe juga mengandung beberapa vitamin dan mineral. Untuk mereka yang ingin diet dan mengurangi karbohidrat, tempe sangat mendukung diet tersebut karena rendah karbohidrat dan sodium.
Tempe yang haraganya murah mudah dibeli di pasar pasar tradisional.Tempe, karya kearifan lokal yang tidak hanya membawa nama nusantara mendunia, tapi tempe juga menyehatkan tubuh dan mensejahterakan petani kedelai.
Advertisement