Telusur Seru Dunia Rempah dan Sastra
Oleh: Windy Effendy
Bicara soal jamu dan rempah nusantara, banyak sekali hal menarik yang bisa digali dan dipelajari. Hal ini terbukti dalam acara Kembara Sastra dalam Rempah Nusantara yang diselenggarakan oleh Perempuan Penulis Padma (Perlima), Sabtu, 25 November 2023. Bekerja sama dengan Jamu Iboe dan komunitas menulis Nulis Aja Dulu, acara yang dibagi menjadi tiga sesi itu berlangsung meriah dan gayeng.
Diselenggarakan di Baradjawa Coffee Shop di daerah Gayungsari, Surabaya, acara ini berlangsung seru. Di bagian pertama acara, peserta tampak sangat antusias menyimak paparan Perry Angglishartono, Product Group Manajer Jamu Iboe. Perry menjelaskan sejarah jamu nusantara, bagaimana jamu telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia selama ini. Lebih jauh lagi, Perry menjelaskan peran Jamu Iboe dalam mengedukasi masyarakat untuk menggunakan rempah dan jamu dalam makanan dan minuman sehari-hari.
Heti Palestina Yunani, pengawas Perlima yang sekaligus adalah jurnalis dan editor andal, turut menjadi narasumber utama dalam sesi pertama. Heti menuturkan tentang dunia sastra yang selama ini telah memberikan respons terhadap rempah dan jamu Nusantara yang mendunia ini. Termasuk adanya karya-karya tulisan dan film yang mengangkat soal jamu atau rempah nusantara sebagai latarnya.
Heti pun mengungkapkan harapannya, akan tercipta tulisan-tulisan tentang jamu atau berlatar rempah yang menarik setelah ini. Terutama dengan dukungan Jamu Iboe, karya sastra tersebut akan menjadi sangat dinantikan. Fifin Maidarina, pemantik diskusi yang sekaligus adalah pengurus Perlima dan seorang travel writer, menutup sesi ini sekaligus memandu untuk sesi menarik berikutnya: lomba meracik dan menyajikan jamu.
Peserta terbagi menjadi kelompok berisikan 3 orang, yang kemudian mengolah bahan jamu yang telah disediakan Jamu Iboe menjadi sajian menarik dengan berbagai bahan tambahan. Dalam sesi kedua yang berlangsung di pendopo bawah Baradjawa Coffee Shop ini, peserta tampil maksimal dengan gayanya masing-masing.
Salah satu kelompok yang tampil dengan atraktif ternyata menjadi pemenang pertama. Dengan busana kebaya lurik dan topi caping, Yoni Astuti, Sartini, dan WS Arianti berhasil memikat perhatian juri. Para juri, Bapak Sapto dari Baradjawa dan tim Jamu Iboe, memilih tiga pemenang yang didasarkan pada presentasi dan rasa racikan jamunya.
Sesi terakhir yang ditunggu-tunggu, workshop singkat dari Kurnia Effendi, sastrawan dan penulis yang diundang untuk membagikan langkah menulis cerita pendek. Mas Kef, demikian biasa disapa, menuturkan bahwa banyak hal yang menjadi elemen penguat sebuah cerita pendek.
Yang paling penting adalah mengenali sifat cerpen. Kemudian penulis harus memilih titik potensi tulisan, apakah temanya, karakternya, konflik, dan lain sebagainya. Selanjutnya Mas Kef memaparkan bagaimana cara menonjolkan tokoh, memilih Point of View (PoV), dan tentu saja cara memainkan emosi pembaca. Jangan lupa pula untuk melakukan riset, demikian tutur Mas Kef.
Menulis adalah pekerjaan sambilan pada awalnya, demikian ungkap Mas Kef kepada peserta. “Saya tidak berhenti menulis. Bahkan saya mengikuti semua lomba pada masa itu,” ujar Mas Kef ketika menceritakan sepak terjangnya di dunia kepenulisan. Ditemani oleh Brigitta Innes dari Komunitas Nulis Aja Dulu yang bertindak sebagai moderator, Mas Kef memotivasi para peserta untuk terus menulis dan pantang menyerah.
Hal itu sejalan dengan harapan Perlima untuk menciptakan karya-karya yang berkualitas dari para anggotanya. Ketua Perlima, Tjahjani Retno Wilis, mengirimkan sambutan virtual dari London, Inggris, dengan bersemangat. “Perlima ingin menghasilkan literasi tentang rempah Nusantara yang bisa dibaca dan bermanfaat untuk semua kalangan.”
Setelah acara tersebut, karya-karya peserta baik dalam bentuk fiksi atau nonfiksi akan dikumpulkan untuk bisa dibukukan atau ditayangkan dalam media daring.
Mari kita nantikan! (WE)