Resep Masirnya Telur Asin Sarjana Jombang
Agus Supriyono, warga Dusun Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang terkenal sebagai perajin telur asin. Telurnya bermerk Sarjana populer di area wisata makam Gus Dur. Agus membagikan resep rahasia telur asin Sarjana miliknya.
Pengusaha lulusan peternakan ini mengkombinasikan pengetahuannya dengan resep dari sang ibu. Ibunya bekerja di tempat produksi telur asin di Indramayu.
“Saya memadukan ilmu dari kuliah dan resep dari ibu. Saya memang membuat telur yang berbeda dengan khas Jawa Timuran. Punya saya lebih masir, kaya omega tiga dan kemerahan. Respon pembeli pun positif di pasaran,” kata Agus kepada Ngopibareng.id pada Jumat, 3 Juli 2020.
Pakai Cara Tradisional
Proses dan pembuatan telur juga dipertahankan secara tradisional. Maksudnya, pria asal Indramayu itu tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali. Khususnya dalam mempercepat proses produksi telur.
Telur yang diperoleh dari peternakan akan direndam dengan air biasa selama satu jam. Telur lalu dibersihkan dari kotoran tanpa menggunakan deterjen. Kemudian ditiriskan dan dianginkan selama satu hari. Telur lalu dibalut dengan campuran batu bata halus dengan garam yang sudah ditumbuk.
Setelahnya, telur didiamkan selama 10 hari. Kemudiann, telur dicuci bersih menggunakan air dan direbus dalam air selama 10 menit. Saat dingin, telur pun siap dipasarkan.
“Saya tidak ingin mempercepat proses produksi dengan menggunakan bahan kimia. Saya memilih bahan alami agar aman, selain itu batu bata dipilih agar lebih tahan lama dan gurih,” katanya.
Lantaran terbuat dari bahan alami, tak heran jika telur buatan Agus mampu bertahan di suhu ruangan selama 20 hari. Telur tidak berbau dan tak berjamur. Sebelumnya, Agus pernah mencoba ketahanan telur melalui percobaan pribadi. Dia menuturkan telah tiga kali percobaan.
“Saya coba sendiri di suhu ruangan 15 hari, 18 hari dan 20 hari. Dari tiga percobaan tersebut rasa telur masih enak dan gurih, tak ada bau busuk dan jamur. Saat melebihi hari ke 20 mulai berbau,” katanya.
Telur Bebek Kediri
Bapak satu anak ini memilih telur bebek langsung dari peternakan di Pare-Kediri. Telur lalu akan disortir kembali dengan beberapa kriteria. Antara lain warna telurnya harus terang atau gelap secara merata, kulit telur halus dan tebal, tidak ada retakan pun lembek.
“Saya menjaga kualitas dengan memilih telur langsung dari peternakan. Hal ini dikarenakan sesuai dengan standar operasional yang ada. Nanti pun saya pilah lagi berdasarkan ukuran saya sendiri,” katanya.
Di sisi lain, sebelum pagebluk, setiap dua minggu telur asin yang dijual sejumlah enam ribu butir. Namun, jumlah ini merosot menjadi 1.800 butir sejak pandemi melanda.
Untuk memasarkannya Agus dibantu sang istri, Rahmawati. Agus biasanya menjual melalui dititipkan toko ritel, warung, dipasarkan sendiri.
Pesan di Balik Nama Sarjana
Selain menjadi oleh-oleh yang paling diburu di kawasan makam presiden keempat RI, Agus juga menjual telur asin sarjana hingga Kediri, Malang, dan Surabaya. Ke depan Agus berencana mendaftarkan merk dagangnya agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
“Saat ini per dua minggu 1.800 butir tejual karena covid. Saya rencana akan melebarkan sayap dengan mengantongi izin dari dinas setempat,” katanya.
Telur asin produksinya bernama Sarjana. Ada pesan terselubung di balik nama itu. Agus secara tidak langsung mengajak para lulusan sarjana agar menciptakan pekerjaan untuk orang lain. Selain itu, makna lainnya adalah penjual telur merupakan lulusan sarjana peternakan yang jualannya dengan mengenakan jas dan rapi.
“Ada pesan moral yang ingin saya sampaikan. Sebagai sarjana kita tidak boleh malu untuk berjualan. Selain itu, kita harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain,” katanya.