Telinga Seperti Kemasukan Air Bisa Jadi Gejala Kanker Nasofaring
Angka kejadian penyakit Kanker Nasofaring (KNF) di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini disampaikan oleh dr Achmad Chusnu Romdhoni, Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Menurutnya, angka kejadian KNF di RSUD Dr Soetomo saja setiap tahunnya mencapai angka 120 hingga 200 kasus. Melihat angka itu, Achmad Chusnu menggungkapkan, edukasi gejala KNF harus terus disebarkan kepada masyarakat dan para dokter.
Empat gejala khas KNF yang harus diwaspadai masyarakat.
"Pertama, gejala khasnya adalah telinga seperti ada air (blebek-blebek di telinga) tetapi kalau dibersihkan dengan cutton bud misalnya tidak ada air disana. Kedua, keluar lendir disertai darah dari hidung," ujar Wakil Dekan 1 FK Unair itu.
Lanjutnya, gejala ketiga adalah munculnya benjolan di otot leher bisa di satu sisi atau kedua sisi. "Gejala keempat adanya gangguan di syaraf pusat atau syaraf otak sehingga mengakibatkan nyeri kepala, penglihatan menjadi ganda dan pipi terasa kebas," ujarnya.
Achmad Chusnu menjelaskan, gejala-gejala ini harus disebarkan ke masyarakat dan juga para dokter. Sehingga ketika ada masyarakat gejala seperti di atas bisa lebih aware dan segera melakukan pemeriksaan ke dokter.
"Tidak hanya masyarakat saja yang harus tau soal gejala KNF ini, karena kesalahan diagnosis juga bisa dilakukan oleh dokter. Ada juga dengan keluhan diatas tetap diobati dengan obat pilek, sebenarnya dokternya tidak salah mungkin kurang aware bahwa ada penyakit serius yang gejalanya juga seperti itu," paparnya.
Baginya, mengenali gejala KNF ini penting karena presentasi kesembuhan tergantung dari kondisi pasien. Apabila pasien di stadium awal presentasi kesembuhan bisa 90 persen, tetapi bila pasien datang dalam keadaan stadium 4 atau stadium lanjut presentase kesembuhannya bisa turun hingga 40 persen.
"Saat ini juga ada pergeseran usia penderita kanker KNF. Jika dulu didominasi usia 40 hingga 50 tahun, kini banyak penderita dibawah usia 30 tahun. Pasien saya termuda usia 19 tahun, anak-anak juga ada tapi penanganannya di bawah dokter pediatri," ungkapnya.
Ditanya mengenai apa yang bisa dilakukan masyarakat agar terhindar dari KNF, Achmad Chusnu menyampaikan bahwa penyebab utama dari penyakit ini adalah faktor genetik, faktor agent berupa infeksi laten dini dan reaktivasi oleh Epstein-barr Virus (EBV), dan faktor lingkungan berupa paparan terhadap bahan karsinogenik atau pemicu KNF seperti nitrosamin.
"Kalau faktor genetik dan agenetik kan tidak bisa dihindari. Yang bisa dilakukan adalah menghindari karsibogenik atau paparan nitrosamin telalu banyak. Nitrosamin ini banyak ditemui di makanan yang diasinkan dan diasapkan," tambahnya.
Fokusnya untuk menyebarluaskan mengenai gejala hingga penangganan awal kepada masyarakat mengantarkannya menjadi Guru Besar yang dilantik hari Rabu, 18 Oktober 2023.
Dokter Achmad Chusnu tak sendirian, ia dilantik menjadi Guru Besar bersama tiga dokter lain. Yakni Prof Dr Prastiya Indra Gunawan dr, SpA (K), Prof Dr Rosy Setiawati, dr Sp.Rad (K) dan Prof Heny Arwati.