Teladani Nabi, Pesantren Syeikh Nawawi Cetak SDM Unggul
Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, keteladanan Nabi Muhammad SAW dapat menjadi inspirasi bagi umat manusia, dan pedoman bagi institusi pendidikan dalam pembentukan karakter generasi muda di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk ancaman dekadensi moral dan kemerosotan mental saat ini.
Dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW, institusi pendidikan termasuk Pesantren Syeikh Nawawi, diharapkan dapat menjadi Kawah Candradimuka dalam menyiapkan para santri menjadi SDM unggul, yang dapat terus melakukan upaya perbaikan baik dalam hal keagamaan maupun kemasyarakatan.
“Oleh karena itu kita harus memunculkan, menyiapkan sumber daya manusia untuk Islah Hasanah, li islahil ummah, diiniyyatan wajtima’iyyatan, perlu pelanjut (penerus) dan perlu sumber daya manusia yang akan menanggung [perbaikan]. Oleh karena itu, saya ingin Pesantren Syeikh Nawawi ini menjadi 'Kawah Candradimuka',” ujar Wapres Ma’ruf Amin ketika menghadiri Peringatan Mauli Nabi Muhammad 1444 H, di Pesantren Syeikh Nawawi, Tanara Banten, Senin, 17 Oktober 2022.
Dalam acara yang diinisiasi oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Fiqih (STIF) Syeikh Nawawi tersebut, Wapres menyampaikan, Rasulullah SAW memiliki perangai dan akhlak yang memang pantas dijadikan teladan bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Ahzab ayat 21 yang menyebutkan bahwa "Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah”.
Lebih jauh, Wapres menjelaskan, uswatun (teladan) yang dapat diimplementasikan oleh umat Islam ada dua jenis, yaitu Uswatun Islahiyyah dan Uswatun Insaniyyah.
Menurut Wapres, tuntunan utama itu adalah Uswatun Islahiyyah yaitu tuntunan perbaikan, karena tugas para nabi adalah melakukan perbaikan. Sebagaimana yang dikatakan Nabi Syuaib AS, “tidak ada tujuan saya kecuali melakukan perbaikan semampu saya”.
Lebih lanjut, Ma'ruf Amin mengatakan, Islah yang dilakukan oleh para nabi itulah yang dilanjutkan para ulama. Jadi ulama adalah gerakannya, harokah islahiyyah. Dan itu juga yang harus dilalukan oleh para pewarisnya, para penerusnya ilaa yaumil qiyamah (sampai hari kiamat).
Perbaikan di sini, sambung Wapres, dapat dilakukan baik untuk masalah-masalah keagamaan atau kemasyarakatan seperti sosial, ekonomi, dan budaya.
“Supaya berada di jalur yang benar, supaya selalu berada dalam bimbingan dan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” tegas Wapres.
Sementara terkait Uswatun Insaniyyah, Wapres memaknai, memberikan teladan dengan mendahulukan hak-hak manusia, yakni bersikap baik sesama manusia, dengan tidak menzholimi dan tidak berbuat semena-mena.
Bahkan, tambah Wapres, menurut Syeikh Nawawi, jika ada kepentingan/hak Allah dan hak hamba (manusia) berbenturan, maka yang didahulukan adalah hak manusia.
“Makanya dulu waktu ada Covid-19, saya bilang tunda berjamaah, tunda tarawih, kenapa? Untuk melindungi manusia,” kata Wapres mencontohkan.
Pendapat Syeikh Nawawi tersebut, tutur Wapres, berdasarkan Surah Hud ayat 17 yang artinya: “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”.
Wapres berharap, melalui Uswatun Islahiyyah dan Insaniyyah tersebut, Pesantren Syeikh Nawawi Tanara nantinya akan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, pusat perdagangan dan pusat ilmu pengetahuan.
“Kita meniru, menapak tilas Syeikh Nawawi At Tanari untuk menginspirasi kita. Tidak hanya memuji, memuja dengan kalimat-kalimat saja, tapi kita coba membangun, menyiapkan langkah-langkah bersama kajian keilmuan agama, syukur-syukur ilmu umum,” pungkasnya.
Sejalan dengan Wapres, sebelumnya K.H Munawar Cholili dalam tausiahnya mengharapkan para santri dari Pesantren Syeikh Nawawi, khususnya STIF nantinya menjadi ulama dan ustaz yang mampu memperbaiki peradaban umat manusia menjadi lebih baik.
“Bagaimana dari Sekolah Ilmu Tinggi Fiqih Tanara ini akan lahir ulama dan ustaz yang mampu hadir di tengah-tengah masyarakat dan mampu mengubah tatanan yang ada. Karena Maulid Nabi Besar Muhammad SAW adalah tonggak dasar perubahan peradaban manusia yang berasal dari jahiliyyah (kebodohan) menjadi Islamiyyah,” tuturnya.