Teladani Kartini, Warga Sidoarjo Lawan Patriarki dengan Prestasi
Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, kemarin menjadi momen yang sangat penting bagi kaum perempuan di Indonesia, termasuk Sidoarjo. Sosok Kartini sebagai pahlawan perempuan yang menantang keras patriarki, perlu dikenang sepanjang masa.
Di era digital seperti sekarang, budaya patriarki yang masih berlaku di beberapa daerah, perlu dilawan dengan membuktikan bahwa seorang perempuan juga bisa memiliki karier, jabatan dan prestasi yang membanggakan, seperti layaknya para laki-laki.
Seperti Titik Indrawati Maliki, ibu rumah tangga yang sukses menginspirasi banyak kaum perempuan di Jawa Timur. Ibu dua anak itu sukses menjadi pebisnis berlian, wanita karier, dan pengusaha UMKM. Bahkan tak jarang ia diundang untuk menjadi pembicara atau motivator di kalangan perempuan dan mahasiswa.
Baginya, menjadi sosok Kartini di era modern mempunyai tantangan tak lebih sulit dibanding perjuangan Kartini sebelumnya. Menurutnya, Kartini saat ini harus memiliki tiga hal yang membanggakan. “Seperti layak nya perempuan harus mempunyai 3 hal, beauty behavior and brain. Tapi inilah kenyataan hidup yang harus dijalani,” ucap Titik kepada Ngopibareng.id, Selasa 23 April 2024.
Berkat pengalaman dan ketangguhannya, perempuan yang hobi berbagi ini seringkali mendapat penghargaan, baik di bidang bisnis, maupun sosial. Sosoknya senantiasa menjadi idola di kalangan perempuan muda dan modern.
Perempuan kelahiran Sampang, Madura, 15 Juli 1983 ini menegaskan bahwa dirinya sangat tidak setuju dengan patriarki, di mana seorang perempuan dipandang lebih rendah daripada laki-laki, baik dari segi pendidikan, pekerjaan (kantoran) dan lainnya. Karena hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama Islam yang sangat menghormati dan menjunjung tinggi martabat perempuan.
“Padahal di mana posisi perempuan dan laki-laki itu sejajar seperti dalam ajaran agama Islam. Bagi saya sangat menyedihkan apabila melihat di luar sana masih banyak diskriminasi dan patriarki terhadap perempuan dan anak. Saya sangat tidak setuju,” imbuhnya.
Titik melanjutkan, kesetaraan gender harus dihormati karena perempuan tidak kalah hebat dari laki-laki. Kecuali jika masuk dalam rumah tangga, beda lagi. “Kita sebagai istri harus patuh dengan suami dan suami pun harus menyayangi dan memperlakukan perempuan, baik istri maupun anaknya dengan baik,” tutur Titik.
Perjuangan hidup Titik tidak mudah. Warga Perumahan Citra Garden ini terbiasa hidup sederhana sejak kecil. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, ia harus rela berpisah dengan ibu kandungnya yang menjadi TKW ke Arab Saudi, pada waktu itu.
“Saya ditinggal umi (ibu) selama 12 tahun sampai saya kuliah diploma. Kemudian saya bekerja dengan impian suatu saat saya bisa mengangkat derajat kedua orang tua saya, membangun rumah, terutama memulangkan umi ke Indonesia. Mimpi saya yang menguatkan saya hingga sampai di titik ini,” ungkapnya.
Sebagai ibu Bhayangkari, Titik berpesan kepada para Kartini muda agar senantiasa menebar kebaikan kepada sesama. Karena di zaman modern seperti saat ini, perempuan tidak hanya dinilai hanya dari kecantikan parasnya saja, namun juga cantik tutur bahasanya, cantik perilakunya, cantik hatinya, dan berwawasan luas. “Jadilah baik agar hidup kalian dipenuhi kebaikan,” pungkasnya.