Teladan KH Abdullah Salam, Gus Mus Mengaku Baru Bisa Niru Sorban
KH Abdullah Salam. Ia dikenal luas sebagai pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Mathali’ul Huda, Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Sepanjang hayatnya dihabiskan untuk mendidik generasi muda Islam dan membumikan ajaran agama ini di tengah masyarakat.
Mbah Dullah, panggilan akrabnya, merupakan salah satu tokoh pesantren yang mampu mengatur irama dakwah, khususnya di Kajen dan sekitarnya. Dalam arti, dialah “gurunya guru” para mubaligh setempat.
Dengan telaten, dirinya membagi peran para kiai sesuai potensinya masing-masing. Hal itu dilakukan untuk meramaikan dan memajukan Kajen sebagai salah satu desa santri unggulan di Pati atau Jawa Tengah umumnya
KH Abdullah Zain Salam lahir di Kajen, Margoyoso, Pati dengan nama Abdullah. Orang tuanya kemudian menambahkan Zain Salam pada namanya. Abdullah diketahui lahir pada 1920. Namun, ada sumber lain yang menyebut bahwa tokoh ini lahir pada 1910 atau 1915.
Secara pertalian keluarga Abdullah termasuk keturunan ketujuh dari Syekh Ahmad Mutamakkin. Sang syekh konon merupakan orang yang paling awal menyebarkan Islam di Kajen dan sekitarnya. Ayah kandung Abdullah bernama KH Abdussalam, sedangkan ibunya adalah Nyai Sumrah.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), masih terkenang akan kepribadian dan keteladanan KH Abdullah Salam itu. Berikut catatan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini:
KUAT & KAYA
Aku sering sowan beliau. Sekadar memandang wajah beliau yang teduh dan mencari 'air bening'.
Tokoh penuh cinta ini berperawakan gagah. Hidung mancung. Mata menyorot tajam. Kumis dan jenggot putih perak. Hampir selalu tampil dalam busana putih-putih. Itu semua 'hanya' menambah wibawa beliau; namun tidak sedikit pun mengurangi kejernihan dan keteduhan wajah beliau yang selalu seperti tersenyum.
Melihat rumah beliau yang tidak lebih baik dari tampilan kamar-kamar tempat tinggal santri-santri beliau, mungkin orang akan mengira beliau orang miskin, atau minimal bukan orang kaya. Apalagi melihat banyak tamu beliau dari kalangan orang-orang miskin. Padahal beliau termasuk orang paling kaya di dunia. Bagaimana tidak, m e m b e r i adalah amalan kesukaan beliau dan m e n e r i m a p e m b e r i a n --apalagi meminta-- adalah pantangan beliau.
Pengajian beliau setiap hari Kamis yang --beliau sebut dengan tawaduk sebagai "belajar bersama"-- diikuti ribuan orang dari berbagai daerah, selalu ditutup dengan suguhan makan bersama.
Beliau bukan hanya memenuhi undangan untuk memimpin Khataman Al-Qur'an, memberi tausiah, dan mewakili menikahkan; tapi bahkan rela menyelenggarakan walimah orang di rumah beliau.
Singkat kata, beliau --Hãmilul Qur'an, Allahu yarham Simbah Abdullah Salam Kajen-- adalah salah seorang yang k u a t dan sangat k a y a. Ini terbukti dari tawaduk dan kedermawanan beliau.⚘
Allãhummanfa'nã bi'ulűmihi wa akhlãqih...
Waba'du; aku --seperti dalam gambar-- baru bisa meniru sorban dan kumis-jenggot beliau saja.
Sumber: akun fb ahmad mustofa bisri