Teladan dari Jawa Timur
Event "Pengajian Kebangsaan" yang digelar di lapangan Makodam Brawijaya, Surabaya tadi malam merupakan momentum penting bagi rakyat Jawa Timur. Ecara yang dikemas dalam format konser musik dan dialog dengan menapilkan grup band legendaris Slank, Gubernur Jatim Khofifah Indar Prawansa, prof. Mahfudz MD dan Ustadz Yusuf Mansur itu tidak saja menarik tetapi juga sarat makna edukasi politik bagi rakyat khususnya generasi muda.
Acara yang digagas Gus Ipul, mantan Wagub Jatim itu memberikan teladan bagi para elit politik dan pejabat di negeri ini. Sebagaimana diketahui publik, gus Ipul dan Khofifah adalah rival dalam pertarungan Pilkada Jatim selama tiga kali putaran. Pada putaran ke tiga pertarungan dimenangkan oleh Khofifah, sehingga gus Ipul tidak saja gagal menjadi Gubernur, tetapi juga berhenti dari jabatan menjadi Wakil Gubernur.
Atas kekalahannya ini gus Ipul menerima secara lapang dada dan ikhlas. Ini tidak saja diucapkan melalui kata-kata, tetapi diwujudkan dalam perilaku dan tindakan seperti yang terjadi pada acara "Ngaji Kebangsaan" tadi malam. Di hadapan puluhan ribu rakyat Jatim yg hadir di lapangan Makodam gus Ipul menyatakan pamit kepada Khofifah dan berjanji akan mendukung semua program Khofifah sebagai Gubernur Jatim untuk mensejahterakan rakyat Jatim. Gus Ipul juga mendoakan agar Khofah sukses dan berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Khofifah menerima pamitnya gus Ipul dan mendoakan semoga Gus Ipul bisa istiqamah berjuang untuk rakyat dan makin sukses berkarier. Keduanya saling mendoakan dalam suasana akrab dengan semangat persaudaraan dan penuh keceriaan. Suatu momentum yang benar-benar mengharukan meski dalam kondisi yang riuh oleh sorak sorai dan tepukan puluhan ribu massa yang turut berbahagia menyaksikan para pemimpinnya rukun.
Malam itu rakyat Jatim tidak saja menikmati hiburan musik dan tausiyah tapi juga menyaksikan keteladanan seorang pemimpin dalam bermain politik. Gus Ipul dan Khofifah benar-benar membuktikan bahwa politik adalah permainan dalam suatu kompetisi sebagaimana layaknya olah raga atau festival seni. Pemilu, ibarat kompetisi sepak bola, Pilpres dan Pilkada adalah moment pertandingan dalam kompetisi.
Saat bertanding di lapangan adalah wajar terjadi benturan, saling dorong, sleding bahkan kadang sedikit kasar. Namun itu hanya terjadi di lapangan, begitu pertandingan selesai maka semua pemain, baik yang menang maupun yg kalah berjabat tangan dan berpelukan kemudian sama-sama menunggalkan lapangan. Masing-masing kembali berlatih untuk meningkatkan skill sambil menunggu pertandingan dalam putaran kompetisi berikutnya. Hanya orang picik yang membawa pertandingan sampai di luar lapangan setelah permainan usai
Langkah gus Ipul dan Khofifah ini terlihat biasa dan sederhana tetapi memiliki makna penting dan dalam bagi bangsa Indonesia, khususnya terkait dengan pendidikan politik. Ini terjadi karena secara sosiologis bangsa ini masih kuat dengan kultur paternalistik. Artinya sikap dan perilaku elit akan diikuti dan dibela oleh massa pendukungnya. Dengan kata lain elit memiliki peran vital dan menentukan atas sikap massa.
Sebagaimana kita ketahui banyak elit politik yang menggap Pilkada dan Pilpres sebagai perang, sehingga mempertaruhkan segalanya dan menggunakan segala cara untuk memenangkan pertarungan. Bahkan persatuan bangsa dan persaudaraan sesama warga dikorbankan demi kemenangan. Yang menang lupa diri sehingga menggunakan kekuasaan sesuka hati, yang kalah menebar dendam kesumat dengan membuat intrik dan konflik untuk mengganggu yang menang. Sikap seperti ini seperti membawa kejadian di lapangan saat bertanding sampai ke luar lapangan.
Di tengah suasana politik yang bersuhu tinggi menjelang Pilpres, apa yang dilakukan gus Ipul dan Khofifah dalam "Ngaji Kebangsaan" tadi malam benar-benar strategis dan penting. Seperti dinyatakan oleh Gus Ipul, acara malam itu merupakan tempat rehat (rest area) dalam perjalanan panjang yang melelahkan dan menegangkan. Di malam itu warga Jatim bisa relax sejenak mencairkan suasana yang penuh ketegangan karena politik. Di sini kita bisa berbagi rasa dan bergembira bersama tanpa harus tersekat oleh pilihan politik yang berbeda.
Acara ini menjadi semakina bermakna dengan kehadiran pak Mahfud MD dan Ustadz Yusuf Mansur. Dalam tausiyahnya Prof. Mahfud menjelsakan pentingnya negara dan menjaga keberagaman melalui sistem demokrasi. Tak ada satupun manusia saat ini yang bisa hidup tanpa negara. Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, demokrasi adalah pilihan tepat, karena demokrasi bisa menjaga dan melindungi hak2 setiap warga negara yang beragam secara sama dan setara.
Prof. Mahfud juga menyatakan, dalam Islam bentuk negara dan sistem politik itu sesuatu yg ijtihadi, atinya tergantung pada kondisi sosial dan situasi zaman, tak ada yang baku dan permanen. Apapun bentuk negara dan sisten politik suatu negara itu tidak penting, semua bisa diterima, yang penting bisa dijadikan sarana mengamalkan ajaran Islam dan menjalankan syariah Islam.
Saya sendiri merasa beruntung bisa terlibat dalam event yang sangat penting ini. Malam itu kami benar-benar mendapat pelajaran yang berharga. Kita belajar berpolitik secara ceria, berlatih menghargai perbedaan, menerima kemenangan dan kekalahan secara gembira. Dengan cara ini kita bisa terus Bersatu, Bersaudara dan Berbahagia. Tabik.
*)Oleh: Ngatawi Al-Zastrow, Budayawan