Tekan Kedelai Impor, Kementan Bakal Kembangkan Kedelai Lokal
Kedelai lokal menjadi alternatif untuk menekan laju impor komoditas ini. Sehingga perlu pengembangan komoditas tanaman ini secara masif. Kementerian Pertanian (Kementan), mengajak Kabupaten Blora, Jawa Tengah, ambil bagian dalam pengembangan komoditas tanaman kedelai lokal. Sebab, Blora cukup berpotensi untuk pengembangan komoditas tanaman ini.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan Yuris Tiyanto, menyampaikan bahwa sudah lama ingin menyampaikan peluang ini kepada Bupati Blora, Arief Rohman.
“Kami ingin mengajak para petani di Blora untuk mengembangkan tanaman kedelai sebagai salah satu komoditas unggulan yang kini sedang naik daun, mumpung masih awal tahun,” ujar Yuris Tiyanto melakukan kunjungan kerja ke Blora, Jumat 11 Februari 2022.
Menurut Yuris, kedelai lokal kita kualitasnya lebih bagus daripada kedelai impor, namun sayangnya produktivitas kedelai lokal saat ini masih kurang. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai, masih dilakukan impor.
Yuris mengungkapkan, pihaknya di tahun ini diberikan tugas pemerintah pusat, untuk mengembangkan tanaman kedelai lokal seluas 650 ribu hektare (ha), sehingga kebutuhan impor kedelai bisa ditekan.
Dari target luasan, 50 ribu ha anggarannya dibantu pemerintah. "Untuk 600 ribu ha kita berikan pendampingan dari KUR perbankan. Yang mana Jateng mendapatkan target alokasi 110 ribu ha. Sehingga kami ingin mengajak Blora ambil bagian di dalamnya. Secara teknis siap kita sampaikan tahapannya kepada dinas, dan lembaga petani yang siap mana saja akan kita dampingi,” lanjut Yuris.
Untuk menanam kedelai ini tidak perlu membuka lahan baru, atau mengganti jenis tanaman ladang yang sudah ada. Namun bisa dilakukan penanaman kedelai dengan sistem pethuk atau semi tumpangsari.
“Blora kan juga merupakan daerah penghasil jagung terbesar di Jateng setelah Grobogan. Maka kedelai ini bisa dikembangkan dengan sistem pethuk dengan jagung. Petani tetap menanam jagung, tapi bisa panen kedelai. Seperti yang sudah dilakukan para petani di Grobogan,” ungkapnya.
Sedangkan untuk kejelasan pasarnya, pihaknya mempunyai beberapa jaringan perusahaan yang bergerak di bidang benih kedelai dan pengolahan pasca panen.
“Selanjutnya, potensi lain yang bisa kembangkan bersama adalah IF (Integrated Farming) berbasis kedelai dan jagung. Mengingat Blora juga merupakan penghasil ternak sapi terbesar di Jawa Tengah, daun kedelai dan jagungnya bisa untuk bahan pakan ternak. Sedangkan kotoran ternaknya bisa diolah menjadi pupuk organik dalam penanaman kedelai dan jagung,” tambahnya.
Bupati Blora Arief Rohman menyambut peluang yang bagus ini untuk bekerja sama dengan para petani di Kabupaten Blora. Potensi tanaman kedelai di Kabupaten Blora ini memang sedang mulai didorong kembali. Pihaknya meminta dinas terkait untuk memetakan potensi kedelai dan wilayah yang potensial untuk pengembangan ini.
“Negeri kita ini memang sangat butuh kedelai, apalagi kita saja sehari tidak makan tempe rasanya kurang lengkap. Maka dari itu peluang pengembangan kedelai dari Kementan ini akan kita respons bersama,” sambung Bupati.
Sementara itu, Kepala DP4, drh. R. Gundala Wijasena, menyampaikan bahwa produktivitas kedelai di Kabupaten Blora pada tahun 2021 kemarin mencapai 5229,43 ton, dengan luas lahan panen 3325,5 ha.
Lahan kedelai ini tersebar di 8 Kecamatan. Lahan terluas di Kecamatan Jati 1478,8 ha, kemudian disusul Randublatung 1000 ha, Tunjungan 380 ha, Japah 192 ha, Ngawen 107 ha, Blora 95,8 ha, Bogorejo 69 ha, dan Kunduran 2,9 ha.
“Dengan adanya peluang pengembangan dari Direktur Aneka Kacang dan Umbi ini, maka kami siap untuk menindaklanjuti. Karena saya secara pribadi juga sudah sejak lama ingin agar Indonesia juga bisa ekspor kedelai, tidak hanya impor,” sambungnya.
Advertisement