Tekan Angka Stunting, Ratusan Kader PPKBD Mojokerto Dibina
Pemerintah daerah berlomba mengatasi stunting yang menjadi salah satu program utama Presiden Jokowi. Begitu juga dengan Pemkab Mojokerto.
Untuk menekan angka stunting, Kali ini Pemkab Mojokerto membina sedikitnya 129 Kader Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan sub PPKBD se-Kecamatan Jetis.
Pelaksanaan pembinaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kader PPKBD dan Sub PPKBD terhadap stunting guna menurunkan angka stunting di Kabupaten Mojokerto.
Dalam sambutannya, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati mengungkapkan, bahwa bangsa Indonesia saat ini menghadapi ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia yang disebut dengan stunting.
"Negara kita sangat serius menggarap stunting, karena pada saat balita stunting dan ketika dewasa, kecerdasannya 20 persen di bawah rata-rata, maka apakah dia bisa bertahan hidup, mendapatkan pekerjaan yang layak, mendidik anaknya dengan baik, bermasyarakat dengan baik, dan paham aturan dengan baik kalau kecerdasannya 20 persen di bawah standar," kata Ikfina Kamis 16 Febuari 2023.
Selain itu, Bupati Ikfina mengatakan salah satu penyebab kasus stunting adalah adanya pernikahan dini atau pasangan usia subur terlalu muda. Maka Ia mengimbau seluruh kader PPKBD dan Sub PPKBD untuk menanggulangi pernikahan usia dini dengan mengajak para remaja untuk mengikuti berbagai kegiatan.
"Ikutlah kegiatan apapun, pokoknya dia sibuk kalau sudah sibuk dia akan banyak mengerti, terus melihat dalam menghadapi masalah itu penting, karena harus berwawasan luas," ujarnya.
Orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kabupaten menjelaskan, data dari Menteri Kesehatan menunjukkan terdapat 23 persen balita stunting di Indonesia dengan rentang usia 0-5 bulan. Ia juga menilai, salah satu penyebab utama balita stunting pada usia 0-5 bulan yakni calon ibu yang kurang gizi dan masih belum dewasa serta ibu mengandung di atas umur 35 tahun. "Termasuk juga terlalu banyak anak dan jarak antara anak satu dengan yang lainnya berdekatan," ujarnya.
Lanjut Ikfina, terkait masalah stunting di Indonesia, terdapat 21 persen balita mengalami stunting pada usia 6-11 bulan, serta untuk usia 1-2 tahun balita mengalami stunting mencapai 37 persen.
"Ini yang harus diperhatikan bayi baru lahir dengan ibu-ibu yang berisiko tinggi kurang gizi, kemudian bayi usia 6 bulan ke atas mulai mendapatkan pendamping ASI dan juga bayi yang sudah mulai berjalan satu tahun ke atas yang sudah mulai terekspos dengan berbagai penyakit, nah ini tantangannya di sini," bebernya.
Bupati Ikfina juga mengimbau, ada beberapa faktor sebelum balita mengalami stunting yakni weight faltering atau kenaikan berat badan yang tidak cukup, underweight atau kekurangan berat badan, gizi kurang, dan gizi buruk.
"Jadi kalau didapatkan anaknya nambahnya kurang atau berat badannya tetap itu harus waspada itu namanya weight faltering, dan harus diberikan pemberian makanan tambahan kaya protein hewani, seperti ayam, telur, daging, dan ikan selama 14 hari," ujarnya.
"Kalau gizi kurang dapat diberikan makanan kaya protein hewani selama 3 bulan dan kalau sudah gizi buruk sudah ditangani oleh teman-teman di puskesmas," tambahnya.