Tebuireng Pilih Mana dalam Pilpres 2019? Begini Sikap Resminya
Wakil Pengasuh Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz menegaskan, Pesantren Tebuireng tidak condong atau memihak pada calon manapun pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
"Hal yang semacam itu kebetulan terjadi di Pesantren Tebuireng. Ada kelompok yang mendukung calon nomor urut satu dan kelompok calon nomor urut dua.
"Di Tebuireng ada yang suka nomor satu, ada juga nomor dua. Namun perlu adanya kebaikan dan kesetiaan sebagai perlawanan terhadap kejahatan atau pengkhianatan, agar tercipta satu kesatuan yang kemudian disebut ummah, bukan perpecahan," kata Gus Kikin, panggilan akrabnya.
Senada dengan itu, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menegaskan, Pesantren Tebuireng berusaha berada di tengah-tengah agar tidak condong ke kanan maupun ke kiri, calon nomor satu atau nomor dua. Hal ini agar tak menimbulkan kekacauan di masyarakat.
"Di Tebuireng ada yang suka nomor satu, ada juga nomor dua. Namun perlu adanya kebaikan dan kesetiaan sebagai perlawanan terhadap kejahatan atau pengkhianatan, agar tercipta satu kesatuan yang kemudian disebut ummah, bukan perpecahan," kata KH Abdul Hakim Mahfudz.
Demikian tutur Gus Sholah, dikutip ngopibareng.id, Selasa 1 Januari 2019. Menurutnya, Tebuireng tidak memihak kepada siapa pun, baik calon nomor satu maupun nomor dua. Tebuireng berusaha berada di tengah-tengah. Dan memang harus ke arah sana. Maka mari memilih sesuai pilihan hati masing-masing.
Menurutnya, sikap ini diambil karena Tebuireng harus memberikan contoh yang baik pada masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan Islam harus bisa membuat perbedaan pendapat yang tidak melahirkan permusuhan atau perselisihan. Dan Tebuireng harus diupayakan ke arah sana (tanpa memihak).
"Jika terjadi semacam itu (kekacauan Pilpres), maka terbilang sia-sia dengan tolok ukur pendidikan pesantren yang sudah ditempuh selama ini. Terlebih kita memiliki ukhuwah wathaniyah, basyariah, islamiyah, nahdliyah dan sekarang ada ukhuwah tebuirengiyah. Supaya tidak terjadi keributan. Maka Tebuireng ditengah saja," tambah adik kandung Gus Dur ini.
Gus Sholah juga berharap kepada dzurriyah (keluarga/kerabat), alumni, dan seluruh pihak yang terkait dengan Tebuireng tidak saling menjatuhkan, menjelekkan, dan mengompori. Hal semacam itu yang memicu terjadinya perpecahan hubungan. Baik untuk Tebuireng sendiri, maupun luar Tebuireng.
"Tidak masalah kelompok ini lebih condong ke kiri, sedang kelompok lain lebih condong ke kanan. Semua punya pilihan sesuai hati nurani yang penting tidak saling menjatuhkan," beber ayah tiga anak ini.
Gus Sholah juga menyoroti fenomena umum yang terjadi di masyarakat. Dimana kelompok para pendukung kedua paslon kebanyakan mereka tidak bicara substansial, artinya berbicara bukan hal yang penting dan bermutu, bahkan disebarkan. Malah yang dibahas kejelekan paslon lain bukan programnya paslon alias pasangan calon.
"Mereka saling mempoyoki, bahkan mengejek satu sama lain. Inilah yang kemudian menyebabkan perpecahan, persinggungan itu terjadi. Itu kan bukan hal substansial dan tak perlu sebenarnya," tutur Gus Solah.(adi)