Tawassul yang Disepakati Ulama, Penjelasan Kiai Ma'ruf Khozin
Amalan sunnah yang dilakukan masyarakat, khususnya umat Islam dari kalangan pesantren dan masyarakat di Nusantara, kerap mendapat kritik dan penilaian yang kurang tepat. Misalnya, soal tawassul. Hal ini biasa dilakukan masyarakat Islam secara umum.
Namun, kalangan lain yang berbeda pendapat menganggap hal itu sebagai amalan yang bid'ah. Benarkah demikian?
Guna memahami hal itu, berikut uraian Ust Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.
Setelah membaca kitab-kitab yang dijadikan pedoman kelompok salafi berkaitan dengan Tawassul, baik karya Syekh Ibnu Taimiyah, Syekh Albani dan sebagainya, sebenarnya semua sepakat bahwa Tawassul adalah doa yang diajarkan dalam Islam, dalil Al-Quran dan As-Sunnah tidak terhitung. Yaitu Tawassul dengan nama-nama Allah, Tawassul dengan amal ibadah dan Tawassul dengan orang yang masih hidup.
Redaksi yang Bisa Dimaklumi
Hanya soal Tawassul dengan para Nabi atau ulama yang telah wafat, di sinilah letak perbedaan antara mayoritas ulama yang membolehkan dan sebagian kelompok kecil yang melarang.
Mereka melarang Tawassul dengan redaksi إلى حضرة atau بجاه atau بحق الشيخ dan sebagainya. Ini soal redaksi saja. Artinya jika redaksi menggunakan kalimat yang diajarkan oleh Nabi tentu boleh-boleh saja. Sebab Nabi sendiri yang berdoa dalam Salawat Ibrahimiyah:
وبارك على محمد كما باركت على إبراهيم
Ya Allah berilah keberkahan kepada Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi keberkahan kepada Ibrahim.
Penjelasan ini disampaikan oleh Syekh Ibnu Utsaimin, salah satu panutan ulama Salafi dan banyak Asatidz Salafi Indonesia yang berguru kepada beliau:
الثالث: التوسل إلى الله بأفعاله، دليله ومثاله أيضاً: قولنا في الصلاة على النبي صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم: (اللهم صل على محمدٍ وعلى آل محمد) هذا دعاء ، التوسل: (كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم)
Ketiga, adalah Tawassul kepada Allah dengan perbuatan Allah. Dalil dan contohnya adalah apa yang kita ucapkan dalam Salawat kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam "Ya Allah haturkan salawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya", ini adalah doa. Tawassulnya: "Sebagaimana Engkau telah memberi salawat kepada Ibrahim dan keluarganya (Durus Wa Fatawa Al-Haram Al-Madani, 1/39)
Berdasarkan jenis Tawassul ini tentu boleh berdoa semisal:
اللهم اجعل أولادنا من أهل العلم والعبادة كما جعلت أولاد الشيخ... من أهل العلم والعبادة
"Ya Allah jadikan anak-anak kami sebagai ahli ilmu dan ibadah sebagaimana Engkau jadikan putra-putra Syekh ... sebagai ahli ilmu dan ibadah."
Redaksi doa Tawassul ini tidak mengandung kesyirikan dalam tinjauan Salafi, karena berdoa kepada Allah dengan perantara perbuatan Allah yang telah mengabulkan doa para ulama. Bukan bertawassul dengan para ulama yang telah wafat.
Advertisement