Tawaf Taif
Sudah lama saya pingin ke Taif. Kota yang sangat terkenal dalam sejarah Nabi Muhammad. Inilah kota yang menjadi tujuan pertama hijrah Rasulullah 10 tahun setelah diangkat menjadi Nabi.
Tahun lalu, sepulang dari Eropa bersama istri dan anak yang seniman sudah berniat ke sini. Tapi karena hanya 5 hari di Makkah dan Madinah, niat itu diurungkan. Gantinya anak ngajak nonton The First Islamic Art Binnale di Jedah yang keren.
Sebetulnya, Taif masih menjadi bagian dari Provinsi Makkah Al Mukaramah. Satu jam dari Kota Makkah dengan bus atau mobil. Berada di pegunungan. Seperti Bandungnya Jakarta. Atau Batunya Malang. Atau Trawasnya Surabaya.
Tapi baru kemarin saya bisa mewujudkan niat itu. Bersama rombongan Jamaah Umrah DMI Kota Surabaya. Satu bus. Didampingi seorang mutawif atau tour guide. Ustad Yusril, anak muda asal Trenggalek lulusan Al Azhar Mesr.
Juga pasangan suami istri pemilik Delima Tour: Hariadi dan Bu Ika yang juga owner Mubina Tour. Pasangan insinyur yang kini memilih melayani jamaah umrah dan haji. Yang ikut berjibaku mewujudkan mimpi DMI Kota Surabaya untuk bisa memberangkatkan jamaah bersama.
Sudah sering saya mendengar cerita tentang keindahan kota Taif. Kota yang menjadi tempat tinggal kebanyakan orang kaya di Arab Saudi. Banyak villa bertebaran. Juga berbagai wahana seperti halnya kota tempat tujuan wisata.
Tapi memang belum lama kota di luar Makkah dan Madinah dibuka untuk jamaah umrah dan haji. Termasuk kota Taif ini. Baru beberapa tahun belakangan, kota ini menjadi salah satu paket ziarah jamaah. Kini tiap hari ratusan bus dan kendaraan kecil berdatangan.
Kota ini memang tampak lebih subur dibandingkan dengan kawasan Arab Saudi lainnya. Beberapa tanaman tampak tumbuh dengan baik. Tapi jangan bayangkan dengan kesuburan tanah di Trawas atau Batu. Karena hampir semua kawasan Arab adalah hamparan bebatuan. Bukitnya pun bukit batu.
Tanaman yang banyak selain kurma adalah kaktus. Bahkan, tanaman ini di Taif menjadi salah satu bahan makanan yang dimakan. Seperti singkong atau ubi. Juga tanaman mawar yang memang menjadi sumber bahan baku pabrik parfum. Yang pasti, meski hamparan bebatuan lebih dominan, Taif tampak lebih hijau dibanding Makkah dan Madinah.
Tapi lanskap gunung dan bukit batu juga bisa dianggap eksotik. Seperti eksotiknya Gunung Alpen di Eropa yang selalu tertutup salju. Yang juga menjadi pusat destinasi wisata yang digemari banyak orang asing. Ke Eropa tanpa ke Alpen dianggap masih kurang piknik. Apalagi bagi wisatawan dari negara tropis.
Tentu Taif tak secantik lereng Alpen yang di Swiss. Tapi di kota ini juga ada wahana gondola. Kereta gantung yang bisa untuk menikmati keindahan bukit batu di Taif dari ketinggian. Hanya dengan membayar per orang SR 100 atau sekitar Rp 450 ribu. Bolak-balik atau naik turun.
“Cuma kami tidak memasukkan gondola ini ke dalam paket ke Jamaah. Sebab, tidak semua orang berani berada di ketinggian,” kata Hariadi, insinyur perkapalan alumnus ITS yang pernah lama kerja di PT PAL ini. Meski demikian, Taif kini menjadi bagian dari City Tour Kota Makkah.
Setidaknya, Taif sudah lebih maju ketimbang rencana Pemprov Jatim membangun gondola di kawasan wisata Bromo. Rencana lama yang sampai sekarang masih tetap rencana. Padahal, kalau ada gondola seperti di Taif, kawasan wisata Bromo jauh lebih indah dan menarik dibandingkan Taif.
Selain naik gondola yang bernama Telefric, disiapkan kunjungan ke pabrik parfum, ziarah ke makam Abdullah Bin Abbas, masjid Khu, masjid dan kebun Addas, dan Masjid Ali. Juga dilengkapi dengan makan siang nasi Kabsah khas Taif.
Yang tampak istimewa adalah kunjungan pabrik parfum. Kota ini tampaknya memang juga didesain sebagai tempat kunjungan wisata. Saya nggak tahu, pabrik ini dibuka untuk wisatawan setelah Taif terbuka untuk jamaah umrah dan haji atau sebelumnya.
Yang pasti, infrastruktur pariwisata tampak lebih siap di kota ini. Selain menikmati udara dingin pegunungan, banyak wahana yang bisa dinikmati selain wisata religi. Kotanya tertata lebih rapi. Jauh lebih kecil dibanding kota Makkah.
Nabi sempat hijrah ke sini karena ibunya merupakan warga keturunan Taif. Sayang, saat itu, sambutan masyarakatnya tidak baik. Sehingga digambarkan Nabi sempat berdarah karena dilempari batu sama warga Taif. Ia sempat ditolong Abdullah Bin Abbas yang ketika itu masih berstatus budak.
Yang pasti, Taif menjadi destinasi baru yang menarik perhatian jamaah. Hampir sebagian yang mengunjungi Taif warga negara Indonesia. Kota itu menjadi makin ramai. Ya pabrik parfumnya, ya gondolanya, ya makam Abdullah Bin Abbasnya, ya restoran nasi kabsahnya.
Taif telah menjadi tempat “tawaf” baru bagi jamaah selain Ka’bah di Masjidil Haram. Melengkapi destinasi tempat “tawaf syuq” untuk belanja, dan lainnya. Asyik bagi yang ingin punya pengalaman lain selain ibadah.
Advertisement