Tawadhu' dan Takabur Sirr, Ini Tengara Imam Al-Ghazali
Suatu kesempatan panitia pembangunan masjid bertandang ke rumah aghniya' di lingkungan. Sebut saja Kaji Suta. Mengajak untuk men-tasaruf-kan sebagian hartanya demi merealisasikan tempat ibadah.
"Monggo jama'ah di lingkungan diberi edaran dulu Ustadz. Saya belakangan." kalimat singkat itu mengagetkan.
Panitia langsung berprasangka bahwa Kaji Suta bakhil, karena bermain kata untuk tidak beramal jariyah.
Jadilah edaran dan list sumbangan ke setiap warga. Hasilnya tak seberapa. Hanya 10 prosen dari anggaran yang dibutuhkan.
Panitia dengan hati bimbang kembali ke Kaji Suta, dan menyampaikan hasil urunan jamaah yang masih minim.
"Monggo tetap dilanjutkan pembangunannya Ustadz, insya Allah masih ada hamba Allah yang mentasarufkan hartanya," kalimat itu menggetarkan jiwa. Karena dialah yang padha akhirnya menyelesaikan pembangunan.
Panitia merasa bersalah karena bersu'udzon kepada orang kaya yang rendah hati. Bijak dan menyembunyikan kebaikan. Tidak sok-sokan beramal. Lebih menghargai jama'ah untuk berkontribusi. Mengedepankan nilai humanism. Meski pada akhirnya dia yang menyelesaikannya.
Pada kesempatan lain takmir masjid terperanjat, terkagum-kagum hadirnya beberapa orang kaya baru. Salah satunya sebut saja Kaji Naya. Begitu suka berderma beramal jariyah. Butuh membangun apa saja dirembug sendiri tanpa melibatkan pengurus yang ada.
Butuh konsumsi apa saja, dituruti. Ghirah dan nafsu untuk membangun begitu diapresiasi jamaah meski tanpa melibatkan Jam'iyah. Pujian pangalembana terus menyanjung. Tepuk tangan terus menggema. Kaji Naya dkk begitu berbangga.
Tetapi pengurus takmir menangis di suatu kesempatan. Karena ternyata beberapa jamaah berbisik berkeluh kesah. Merasa dihinakan, didhalimi untuk tidak diberi kesepatan beranal shalih.
Demikian pesan-pesan Keislaman dari Ustadz NonoWarnono dari Bojonegoro, dipetik dari akun facebooknya.
"Apakah ini yang disebut oleh Abi Hamid Imam Al-Ghazali sebagai Al-ghadhab, dalam Kitab Ihya' Ulumiddin?
"Jangan tersesat karena nafsu amarah beramal ibadah, karena belum tentu menembus jalan spiritual". Demikian tutur Ustadz NonoWarnono.