Tausiyah di Depan Bangsa Jin, Ini Kisah Dakwah Kiai Imron Hamzah
Suatu ketika, saat Kiai Imron Hamzah masih berstatus santri di Pesantren KH Ma'shum Lasem, bersama KH Mustofa Bisri, ada seorang tetangga pondok yg tiba-tiba menjadi gila.
Kemudian oleh keluarganya dia diobatkan kepada seorang paranormal. Anehnya...., kata paranormal itu, jin yang merasuki jiwanya tidak mau pergi kecuali didatangkan seorang kiai yang bisa ceramah. Kiai itu harus bernama KH Imron Hamzah.
Selanjutnya, seorang keluarga mendatangi pondok, menemui Gus Mustofa Bisri (yang memang akrab bergaul dengan orang kampung). Kepada Gus Mus ia meminta dicarikan kiai yang bernama Imron Hamzah.
Dalam pikiran Gus Mus, "Tidak ada kiai yang bernama Imron Hamzah. Yang ada hanya seorang santri yang bernama Imron Hamzah. Mungkinkah itu yang dimaksudkan ?!"
Kemudian, dicobanya menghadirkan Imron Hamzah, dan ternyata benar. Saat KH Imron Hamzah (yang pada saat itu belum kiai) memulai ceramah dan membuka dengan mungucap salam di depan sebuah gentong tua dan kosong, terdengarlah suara gemuruh orang banyak menjawab salam, padahal tak ada banyak orang di tempat itu.
Itulah, pengalaman Kiai Imron Hamzah dalam memulai berdakwah, seperti dikisahkan langsung dari KH Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang.
Kisah itu pun terdapat dalam Riwayat Hidup dan Perjuangan KH Imron Hamzah, dimuat di Jurnal Santri, terbitan P3M Jakarta, pada 1986.
Dalam Ensiklopedia NU disebutkan, Kiai Imron Hamzah (almaghfurlah) adalah Rais Syuriyah PBNU Periode 1999-2004 berdasarkan Keputusan Muktamar ke-30 Nahdlatul Ulama di Lirboyo.
Selama dua periode memegang jabatan yang sama untuk tingkat wilayah di PWNU Jawa Timur, yaitu pada 1992-1997 dan 1997-2002.
Ketika itu Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim dipegang oleh KH A. Hasyim Muzadi yang kemudian menjadi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU. Karena menjabat Rais Syuriyah, jabatan untuk periode kedua tidak tuntas diselesaikan.
Pada 1989-1994 diamanatkan sebagai Sekjen PP Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI).
Kiai Imron Hamzah lahir Desa Ngelom, Sidoarjo, 17 Agustus 1938, sebagai anak kedelapan dari sebelas bersaudara. Ayahnya adalah Kiai Chamzah Ismail. Sedangkan ibunya bernama Nyai Muchsinah. Konon, ia masih keturunan Mas Karebet atau Joko Tingkir.
Advertisement