Tatkala Maut Menjemput, Ini Dialog Malaikat Izrail dan Nabi Dawud
“Sering kali kematian seorang Muslim menjadi pelajaran bagi yang masih hidup. Ustadz, bagaimana seharusnya kesiapan kita dalam menghadapi sesuai yang niscaya itu?”
Pertanyaan Ny Hanah Ridwan, warga Banjarsugihan Surabaya, pada ngopibareng.id, menjadikan kita merenung bersama.
Untuk itu, KH Luthfi Bashori, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang, memberikan pesan-pesannya sebagai berikut:
Tatkala maut akan menjemput kita, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk itu? Teringat Nabi Dawud dalam gubahan kisah ringan, tatkala Beliau dikunjungi malaikat Izrail, maka terjadilah dialog ringan atara mereka berdua.
Dawud : Gerangan apa yang menyebabkan engkau datang kemari, apakah akan mencabut nyawaku atau sekedar bersilaturrahim ?
Izrail : Kedatanganku kali ini hanyalah untuk bersilaturrahim.
Dawud : Baiklah kalau demikian. Tetapi jika saatnya nanti engkau datang untuk mencabut nyawa, aku harap jauh-jauh hari engkau beritahu aku terlebih dahulu agar aku dapat mempersiapkan diriku saat menghadap kepada Allah.
Izrail : Baiklah jikalau itu permintaanmu, maka akan aku laksanakan.
Demikianlah yang terjadi, hingga datang hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahunpun selalu bertambah sesuai dengan perkembangan dalam kehidupan Nabi Dawud. Tentunya dengan segala macam aktifitas yang beliau lakukan, sedikit demi sedikit dapat melupakan peristiwa kedatangan malaikat Izrail kala itu.
Suatu hari, tatkala beliau dalam keadaan badannya sehat yang sangat prima. Tiba-tiba datanglah malaikat Izrail untuk kedua kalinya. Maka terjadilah dialog sebagaimana yang terdahulu.
Dawud : Wahai Izrail, apakah engkau datang kali ini murni untuk bersilaturrahim ?
Izrail : Bukan, tetapi aku datang karena membawa amanat Allah untuk mencabut nyawamu.
Dawud : Tidakkah kita sudah membuat perjanjian, yaitu bilamana engkau datang untuk mencabut nyawaku maka jauh-jauh hari engkau harus memberitahuku terlebih dahulu?
Izrail : Yaa, benar ... ! Tetapi tidakkah engkau ingat bahwa uban yang telah bertebaran di rambutmu itu adalah peringatanku kepadamu. Tatkala gigimu tanggal satu persatu, tatkala stamina tubuhmu sudah mulai berkurang, tatkala sakit yang bermacam-macam silih berganti menghampirimu, tidakkah semua itu termasuk bukti bahwa jauh-jauh hari aku sudah memberitahumu. Nah saat inilah Allah telah memerintahkanku untuk mencabut nyawamu.
Kisah di atas sungguh sangat dalam maknanya. Betapa kita semua akan merasa, betapa sudah dekat sekali diri kita dengan peristiwa yang sangat tidak kita harapkan, bahkan tidak diinginkan oleh hampir semua orang yang masih hidup... yaitu kematian.
Rasanya setiap dari kita ini ingin hidup seribu tahun, bahkan lebih dan lebih. Rasanya tidak ada seorangpun yang ingin segera didatangi malaikat Izrail. Jangankan kita, Nabi Dawud pun sempat memprotes saat malaikat Izrail datang untuk menyampaikan tugas mulianya.
Sudahkah kita mempersiapkan untuk itu semua? Atau tetap saja kita terus menikmati hidup dengan bergelimangan dosa? Atau bahkan kita semakin bangga dengan kemaksiatan yang silih berganti bergumul dalam kehidupan kita? (adi)
Advertisement