Taruna Tewas, Poltekpel Surabaya Serahkan Proses Hukum Ke Polisi
Pihak Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya serahkan proses hukum terkait tewasnya salah seorang mahasiswanya di toilet kampus, pada Minggu, 5 Februari 2023, malam.
Hal tersebut diungkapkan oleh, Direktur Poltekpel Surabaya, Heru Widada. Dia mengatakan, perkara dugaan penganiayaan kepada MR, 20 tahun, itu tengah didalami Polrestabes Surabaya.
“Kejadian ini sudah ditangani Polrestabes Surabaya, awalnya dari Polsek, tapi kini ditarik oleh Polrestabes Surabaya,” kata Heru, Selasa, 7 Februari 2023.
Saat ini, kata Heru, total sudah ada 12 saksi yang dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Mereka merupakan mahasiswa yang diduga mengetahui kejadian sebelum korban tewas.
“Untuk sementara yang dimintai keterangan, ada sekitar 9 sampai 12 orang (taruna) di Polrestabes Surabaya,” jelasnya.
Heru mengungkapkan, Poltekpel bakal memberikan jalan apabila penyidik meminta bantuan. Bahkan, pihaknya bakal menyediakan saksi yang akan dimintai keterangan.
“Seandainya ada tambah keterangan, dari pegawai atau dari taruna, kami akan berikan. Agar, ini terang benderang dan tidak ada ditutupi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Heru menyebut jika korban masih terhitung baru di Poltekpel Surabaya. Pria asal Mojokerto itu merupakan mahasiswa semester 1 Jurusan Transportasi Laut.
“Kalau ada tindak pidana kami akan serahkan ke pihak polisi. Kalau dari sisi aturan pendidikan sanksinya sangat berat dan bisa langsung dikeluarkan,” ujar dia.
Sebelumnya, orang tua mahasiswa yang ditemukan di kamar mandi kampus salah satu Politeknik di Surabaya menyebut jika tubuh anaknya tersebut dipenuhi luka lebam.
Ayah korban, Mochamad Yani sendiri mendapatkan kabar dari perwakilan sekolah jika anaknya, MR, 20 tahun, meninggal dunia pada Minggu, 5 Februari 2023, malam.
“Dapat kabar anak saya meninggal itu pukul 22.48 WIB. Anak saya sudah meningggal, ada di rumah sakit (Jalan) Sukolilo,” kata Yani, kepada media, Senin, 6 Februari 2023.
Kemudian, Yani melihat tubuh anaknya tersebut sudah terbujur kaku di ranjang rumah sakit. Bahkan, sekujur badan korban tampak dipenuhi luka lebam hingga memar.
“Bibirnya bengkak, pecah, hidung kanan juga bengkak, dahi kanan kiri memar, pipi, leher sama dada memar gosong-gosong semua. Mulut mengeluarkan darah, enggak ada hentinya,” jelasnya.
Yani mengatakan, salah satu perwakilan sekolah menyebut korban meninggal lantaran terjatuh di kamar mandi. Namun, ia menduga jika anaknya menjadi korban penganiaya.
“Saya cek kondisi jenazah banyak luka-lukanya. Dugaan saya, saya mungkin ada penganiayaan. (Katanya) terpeleset di kamar mandi nggak masuk akal. Makanya saya laporkan,” ucapnya.