Tari Remo Gagrak Anyar Gaya Suroboyoan, Filosofi Gerakannya
Tari Remo merupakan salah satu tarian khas Jawa Timur yang ditampilkan untuk menyambut tamu. Tiap wilayah di Jawa Timur memiliki gaya tari remo-nya masing-masing. Kali ini, sebanyak 65.000 orang gabungan siswa SD kelas 3-6 dan SMP 7-9 se-Surabaya serta stakeholder Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menarikan Remo Gagrak Anyar Gaya Suroboyoan.
Remo Gagrak Anyar merupakan perwujudan perjuangan Arek Suroboyo saat melakukan pertempuran melawan penjajah. Tari remo massal ini untuk memecahkan rekor MURI, Minggu 18 Desember 2022 mulai pukul 07.00 hingga 09.30 WIB.
Filosofi dalam Gerakan Tari Remo
Gedruk: manusia harus mempunyai kesadaran diri di muka bumi.
Gendawa: manusia mempunyai sikap yang gesit layaknya anak panas yang terlepas dari busurnya.
Tepisan: manusia harus menghargai dan bersatu dengan alam.
Ngore Remo: manusia harus memperbaiki diri secara fisik.
Tujuan Tari Remo Massal di Surabaya
Memperkenalkan tari remo gaya Surabaya.
Mendekatkan kesenian tradisional kepada anak-anak Surabaya.
Memperkenalkan nilai filosofi serta sejarah tari remo.
Memperkenalkan berbagai lokasi bersejarah di Kota Pahlawan.
Memecahkan rekor MURI.
Asal Usul Tari Remo
Dikutip dari Wikipedia, tari remo adalah salah satu tarian untuk penyambutan tamu yang ditampilkan baik oleh satu atau lebih. Remo berasal dari kata Reyoge Cak Mo. Tarian ini berasal dari Jombang, Provinsi Jawa Timur.
Cak Mo pernah menjadi gemblak dari sebuah grup reog di Ponorogo. Karena kemarau yang panjang membuat Cak Mo mencari pemasukan dari sumber lainnya. Modal keahlian menari, Cak Mo dengan pakaian ala jathilan tanpa anyaman bambu berkeliling dari desa ke desa menarikan tarian diiringi musik sepasang kenong yang ditabuh istrinya.
Menurut sejarahnya, tari remo dibawakan oleh penari laki-laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini.
Berdasarkan perkembangan sejarah tari remo, dulunya merupakan seni tari yang digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi tari remo pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, menjadi tarian penyambutan tamu. Selain itu, tari remo juga sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur.
Tata Gerak Tari Remo
Karakteristik tari remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki atau disebut gongseng. Karakteristik lainnya yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.
Tata Busana Tari Remo Gaya Suroboyoan
Busana tari remo gaya Suroboyoan terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas. Lalu sarung batik pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang.
Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-masing ujung selendang. Terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.
Pengiring
Musik yang mengiringi tari remo ini adalah gamelan, terdiri atas bonang barung/babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, tetapi dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru.
Advertisement