Tari Adara Purwa, Tari Kreasi Khas Lamongan untuk Menyambut Tamu
Karya seni tari Lamongan kembali menorehkan prestasi. Tampil di ajang Festival Karya Tari Jawa Timur 2022 di Taman Budaya Jatim, sebuah karya tari bernama Adara Purwa hasil olahan seniman muda Kota Soto ini, mampu menyabet tiga penghargaan sekaligus dari tiga kategori yang ditetapkan panitia.
Masing-masing, tiga penyaji terbaik, tiga penata tari terbaik dan tiga penata musik terbaik dari peserta se Jawa Timur. Seperti umumnya, pada festival yang digelar dua hari 14-15 Juki 2022 itu, tidak disebutkan juara. Lain halnya lomba atau kejuaraan. Hasil itu dibacakan pada Jumat, 15 Juli 2022 lalu.
Tari Adara Purwa ini merupakan prestasi Ke-15 seni tari asal Lamongan sejak 2006 hingga sekarang. Di antaranya Tari Boran yang pernah menyabet gelar juara umum tingkat nasional di Jakarta dan Tari Caping Ngancak juara nasional di Bandung.
Tari lainnya seperti Tari Silir Silir, Tari Jaran Ngincik, Tari Jala Sutra, Tari Parengan, Tari Laskar Mayangkara, Tari Runtik, Tari Udhikan, Tari Kiprah Balun dan Tari Bedaya Amangkubumi, semuanya juga meraih beberapa penghargaan.
Menurut Kristiani dan Ninin Desinta, selaku penata tari, Adara Purwa memiliki filosofi khusus. Adara berarti penghormatan dan Purwa berarti awal. Tari ini dalam fungsinya sering digunakan di awal acara untuk menyambut tamu.
Sehingga, Tari Adara Purwa merupakan tari penyambutan khas Lamongan yang berakar dari tarian penyambutan yang dikembangkan secara estetik, estetis dan filosofis melalui proses kreatif dan inovatif.
Tarian tersebut mengandung makna selamat datang, rasa syukur kepada sang pencipta, tolak balak serta rasa suka cita. Itu semua sebagai representasi penghormatan kepada tamu.
"Tarian ini sebenarnya terinspirasi dari Tari Kiprah Balun, yang kami sesuaikan dengan tari penyambutan. Kami olah lagi untuk menyesuaikan tema festival yang diminta panitia dinas pariwisata dan kebudayaan provinsi," tutur guru seni SMP Negeri 2 Lamongan ini, Sabtu 16 Juli 2022.
Proses penciptaan Tari Adara Purwa ini, sambung Ninin, hanya butuh waktu dua minggu. Lengkap dengan iringan tari oleh Khoirudin dan Purnomo dan penata rias busana oleh Endrya Prameswari. Persiapannya memakan waktu total 1,5 bulan.
"Karena inspirasi dari pengembangan Tari Kiprah Balun, ada sebagian ciri khasnya, di mana penari mengenakan kacamata hitam dan gongseng. Ini merupakan karakter tegas dan pantang menyerah" terangnya.
Kalaupun soal tata rias busana pada Tari Adara Purwa ini dibanding tarian sebelumnya, yakni sedikit bernuansa Gajah Mada. Yakni, terdapat kuluk Gajah Mada dan jamang Mojopahitan yang dipakai Nyi Dewi Andongsari, ibu kandung Gajah Mada.
"Bagaimanapun kolaborasi sejarah di Lamongan sebisanya ditampilkan. Makam Nyi Dewi Andongsari sendiri berada di Gunung Ratu, Kecamatan Ngimbang, yang juga dikenal sebagai tempat kelahiran Gajah Mada. Tapi, tetap khas busana Jawa Timuran," jelasnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan, Siti Rubikah, mengaku bangga dan senang karya seni tari Lamongan selalu mampu berprestasi. Ia berharap hal ini dapat menjadi inspirasi seniman lain khususnya untuk terus berkarya lebih baik lagi.
"Sejak tahun 2006, tepatnya diawali dari Tari Boran yang menjadi juara umum nasional, setiap tahun seni tari yang kami ikutkan dalam lomba atau festival, selalu mendapatkan penghargaan. Terakhir Tari Adara Purwa ini. Hanya tahun 2010 saja kami absen, "tandasnya.
Advertisement