Tarawih Perdana Ramadan Bersamaan Hari Suci Nyepi di Lamongan
Tidak seperti hari biasanya, sepanjang hari Rabu 22 Maret 2023 ini tidak ada kumandang tarqim atau lantunan qiro'ah dari pengeras suara Masjid Jamik Miftahul Huda di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan.
Adzan Dzuhur, Ashar, magrib dan Isya' serta pelaksanaan salat berjamaah hanya memanfaatkan sound system dalam masjid.
Bahkan, ketika pelaksanaan ibadah salat tarawih pertama, jamaah yang memenuhi lantai dasar dan lantai dua serta meluber di halaman masjid dengan beberan tikar, juga tidak ada suara riuh. Salat tarawih cenderung tenang.
"Aaamiiiiin,..." jawaban jamaah ketika imam salat mengakhiri bacaan surat Al Fatehah terdengar lembut. Tidak ada suara-suara hentakan atau lebih keras seperti yang kerap terjadi salat tarawih.
Itulah kesadaran warga muslim di Desa Balun hari ini, Rabu, 22 Maret 2023 malam. Wujud dari berkehidupan yang menjunjung tinggi toleransi beragama kepada agama lain.
Sejak dulu, secara turun-temurun. Selama ini di Desa Balun yang penduduknya beragam agama, ada Islam, Kristen dan Hindu senantiasa hidup rukun berdampingan dan damai.
Kalaupun sekarang ini kegiatan masjid yang biasanya marak berubah tenang, itu semata-mata demi menghormati warga penganut Hindu di Desa Pancasila, sebutan Desa Balun, yang sedang menjalankan ibadah Hari Raya Nyepi.
Seharian ini umat Hindu melakukan pati geni, tidak melakukan kegiatan apapun termasuk menyalakan api atau lampu. Ini prosesi umat agama Hindu sedang menjalani ibadah Hari Raya Nyepi.
"Biasa saja, tidak ada imbauan kita tidak boleh keras-keras atau apa. Sudah biasa, warga di sini sudah tahu harus bagaimana kalau umat agama lain sedang beribadah dan kebetulan bersamaan dengan kita. Kan juga tidak sering-sering," kata Rahman.
Menurut Ketua Remaja Masjid Miftahul Huda Desa Balun, Herman, usai salat tarawih yang biasanya dilanjutkan dengan tadarus Al Qur'an juga tidak menggunakan pengeras suara yang terpasang di atas menara masjid.
Tetapi, cukup memakai sound dalam masjid. Itu pun dibatasi hanya sampa pukul 22.00 WIB. Padahal, biasanya tadarus dilakukan hingga menjelang sahur.
"Kalau tidak bersamaan dengan Hari Raya Nyepi, biasanya pakai pengeras suara sampai jam sepuluh malam. Dilanjutkan pakai sound dalam sampai sahur. Tapi, khusus malam ini tadarus hanya sampai jam 10.00 malam. Itu pun hanya pakai sound dalam," ungkapnya.
Lanjut Herman, usai salat tarawih lampu di lantai dua masjid juga dimatikan. Karena sinarnya masuk ke dalam pura yang berada persis di sebelah selatan masjid.
"Karena kalau Nyepi itu kan tidak boleh menyalakan api atau lampu. Biar suasana pura tetap gelap," imbuhnya.
Sebelumnya, Pinandite Pamangku Pura Swetha Maha Suci Desa Balun Tadi mengatakan, tentang bentuk toleransi seperti ini sudah lama dan turun temurun.
"Jadi, kita tidak perlu meminta kepada umat lain untuk tidak mengganggu, tapi masyarakat di sini sudah sadar diri dan biasa hidup bertoleransi. Kita, Hindu Islam atau Kristen atau yang lain selalu hidup berdampingan dan saling bergotong-royong," katanya.
Advertisement