Tape Buntut, Jajanan Khas Suku Osing Perpaduan Tape dan Tetel
Di Banyuwangi terdapat jajanan khas Suku Osing, namanya Tape Buntut. Kue ini terbuat dari beras ketan dengan perpaduan Tetel Ketan atau sebagian orang Osing menyebutnya Ketot.
Jajanan ini, sering ditemui di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Bagi yang ingin menikmati, bisa datang ke Pasaran Jajanan Kampung Osing yang digelar di Desa Kemiren setiap Minggu pagi.
Tape buntut ini pada dasarnya sama dengan tape ketan pada umumnya. Bedanya, tape buntut dibungkus dengan daun kemiri. Cara membungkusnya sedemikian rupa sehingga menyerupai ekor binatang. Dalam bahasa Osing, ekor disebut dengan buntut.
Tape buntut ini dibuat dari nasi beras ketan yang sudah diolah dengan ragi tape. Warna tape buntut dengan khas warna hijau. Warna ini berasal dari pewarna alami.
Tidak seperti tape pada umumnya, tape buntut ini dimakan dengan jajanan yang sudah menjadi satu padu. Yakni tetel ketan. Tetel ketan ini dibungkus dengan daun pisang. “Semua alami. Bahannya alami, bungkusnya alami," kata pembuat tape buntut, Susianti.
Untuk menyantap tape buntut ini, tape dan tetel dipotong sesuai selera. Kemudian disantap bersama-sama dalam satu suapan. Karena dimakan bersamaan akan memberikan perpaduan rasa yang unik. Rasa manis dan asam dari tape ketan berpasu sempurna dengan gurihnya tetel ketan. “Ini bisa mengenyangkan perut,” jelasnya.
Jajanan ini cocok untuk disantap kapanpun. Namun masyarakat suku osing umumnya menyantap ini pada siang hari. Harga tape buntut ini relative sangat murah. Biasanya tape buntut ini dijual per ikat. Satu ikat berisi lima bungkus tape buntut plus dua bungkus tetel ketan.