Empati bagi Umat Islam, PM Selandia Baru Raih Apresiasi
"Penembakan di Christchurch masih menimbulkan kesedihan mendalam dan kemarahan seluruh warga Selandia Baru. Perasaan itu mereka tumpahkan bukan dalam bentuk ajakan kebencian, tapi seruan untuk saling menyayangi," kata Dubes RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Kamis 21 Maret 2019.
Tantowi Yahya memuji empati yang ditunjukkan pemerintah dan warga di negeri tempatnya bertugas terhadap umat Islam pasca-insiden penyerangan brutal atas dua masjid di Christchurch.
"Warga dan pemerintah Selandia Baru berupaya menguatkan perdamaian dan persaudaraan pasca-teror terburuk dalam sejarah Negeri Kiwi tersebut," tuturnya.
Pada Minggu lalu hampir 12.000 warga Wellington dari berbagai agama dan ras memenuhi sebuah lapangan untuk bersama-sama berdoa untuk kedamaian mereka yang telah menjadi korban, dan ketabahan mrk yg ditinggalkan.
"Warga dan pemerintah Selandia Baru berupaya menguatkan perdamaian dan persaudaraan pasca-teror terburuk dalam sejarah Negeri Kiwi tersebut," kata Tantowi Yahya.
"Jumat besok, warga Wellington kembali akan berkumpul untuk memperingati seminggu aksi teror tsb dmn yang perempuan diharapkan utk mengenakan tutup kepala spt hijab sebagai bentuk penghormatan kepada ummat Islam," kata Tantowi Yahya.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern yang merupakan pemimpin dunia termuda (38 tahun), dianggap tidak berpengalaman menunjukkan klasnya sebagai pemimpin yang berani dan berempati.
Dalam waktu yang cepat ia mengumumkan ke dunia penembakan brutal di Christchursch tsb sbg Aksi Terorisme. Hal yang tidak dilakukan pemimpin dunia manapun ketika di negerinya terjadi aksi brutal yang memakan korban ummat Islam.
Sehari setelah penembakan ia langsung terbang ke Christchurch menemui para korban dan keluarganya untuk menunjukkan simpati dan perhatiannya sebagai kepala pemerintahan.
Dia peluk keluarga korban dan bisikkan agar tenang dan tabah, Pemerintahnya akan bergerak cepat untuk memastikan semuanya akan kembali normal. Dia pun memberikan jaminan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Ketika Presiden Trump menelponnya dan bertanya apa yang Amerika bisa lakukan, dia jawab "Ramahlah kepada ummat Islam". Tak berapa lama Trump bikin Tweet "I love New Zealand".
Pasca-kejadian, suasana di Selandia Baru berangsur normal meski tetap ada rasa khawatir dan sedih. Tidak ada Hoaks, tidak ada orang serta kelompok yang mempolitisir keadaan untuk kepentingan tertentu.
"Tidak ada pula yang maki-maki dan demo untuk melampiaskan kemarahan. Semuanya mendengarkan dan turut ke Pemerintah krn mereka tahu Pemerintah akan membuat perhitungan ke teroris dengan caranya sendiri".
Demikian penjelasan Tantowi Yahya, Dubes RI untuk Selandia Baru di Wellington. (adi)
Advertisement