Tantangan 'Sustainability', Industri Kelapa Sawit di Indonesia
Berkenaan dengan peringatan hari Lingkungan Hidup sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni 2021, PETJ (Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju)—organisasi diaspora Indonesia di Eropa bekerja sama dengan “Earthling Indonesia” mengadakan kegiatan webinar dengan topik "Menjawab Tantangan 'Sustainability' pada Industri Kelapa Sawit di Indonesia", Sabtu 5 Juni 2021.
Earthling Indonesia merupakan sebuah organisasi mahasiswa Indonesia di Jerman yang di antara kegiatannya adalah menjaga dan meningkatkan kesadaran terhadap perubahan iklim dan mempromosikan tindakantindakan nyata yang berkelanjutan di Indonesia (sustainable living). Earthling Indonesia saat ini sudah diakui secara resmi oleh UNESCO.
Ratusan Peserta dan Diaspora
Webinar kali ini diikuti sekitar ratusan peserta, baik dari Indonesia serta diaspora yang tersebart di benua Amerika dan Eropa. Webinar menghasilkan kesepakatan untuk terus saling bekerja sama dan bersinergi dalam upaya meningkatkan daya saing industri kelapa sawit Indonesia di pasar internasional.
Saat ini Indonesia masih merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar nomor 1 (satu) di dunia, menguasai 58% pangsa pasar sawit dunia. Referendum Swiss pada tanggal 7 Maret 2021, 51.6% rakyat Swiss menyetujui masuknya perjanjian kerjasama mengenai perdagangan minyak sawit dalam IndonesiaEuropean Free Trade Association (EFTA) - Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA).
Memenuhi Standar Lingkungan
Ketua Umum PETJ, Ari Manik menyatakan, ini merupakan angin segar, setelah selama beberapa tahun, sawit Indonesia kerap mendapat ancaman dan penolakan di Eropa. Persetujuan ini hadir dengan catatan bahwa produk sawit dari Indonesia harus memenuhi standard lingkungan dan sosial tertentu, yang berkelanjutan, serta harus diakui oleh dunia internasional.
Sementara Yuliarti Eckel, dari PETJ, memaparkan sangat pentingnya mengadopsi SDGs (Sustainable Development Goals) dalam industri kelapa sawit Indonesia selain untuk menjaga keberterimaan minyak sawit Indonesia di pasar global, tetapi juga untuk kepentingan masa depan keberlangsungan lingkungan hidup Indonesia. Bertindak sebagai moderator, adalah Christiana Streiff Siswijana (Diaspora Indonesia di Swiss sekaligus pemerhati topik kelapa sawit) dan Anindya Athaya Putri (Chairwoman Earthling Indonesia).
Sambutan Dubes RI di Jerman
Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, menyambut baik inisiatif diaspora membahas dan mencari jawaban atas berbagai persoalan kelapa sawit selama ini. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa perlu pemahaman yang sama antara Indonesia dan Uni Eropa.
Problem Keberlanjutan
Lebih lanjut, Ketua Departemen Lingkungan Hidup PETJ, Husni Suwandhi, sebagai penyelenggara webinar berharap para pengusaha sawit tidak hanya mengejar profit semata tetapi memperhatikan pemeliharaan alam, lingkungan hidup serta kesejahteraan 17 juta pekerja industri sawit dan keluarganya. Apalagi Uni Eropa menuntut pengelolaan produksi kelapa sawit yang memenuhi tuntutan keberlanjutan (sustainability).
Narasumber utama, Togar Sitanggang, WaKa III GAPKI mengemukakan beberapa fakta perbandingan sumber-sumber minyak nabati beserta dampak lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan deforestasi, penyumbang polutan, penyerapan CO2 maupun produksi Oksigen. Di antara yang kerap harus dihadapi oleh pihak industri adalah banyaknya stigma negatif serta kampanye negatif yang dialamatkan kepada Sawit.
Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, menegaskan sejak menjabat beliau menekankan pelaksanaan di lapangan peraturaan-peraturan yang ada dengan baik. Contoh yang diberikan adalah saat terjadi kebakaran hutan di perkebunan, Sutarmidji membentuk Satgas kebakaran dan mendirikan menara pandang.
Hasilnya kebakaran hutan menurun drastis. Pemerintah daerah merasa terbantu oleh industri Sawit terutama dalam hal ekonomi dan juga penanggulangan kebakaran hutan. Banyak lahan-lahan kawasan hutan yang sebenarnya sudah tidak berhutan dan berpotensi menimbulkan kebakaran hutan. Hal ini disampaikan oleh Bupati Sukamara, Windu Subagio.
Konsistensi dan Sinergi Kebijakan
Menutup diskusi, Konjen RI di Frankfurt, Acep Somantri, menekankan pentingnya konsistensi dan sinergi kebijakan serta upaya bersama pemerintah, pengusaha dan masyarakat sipil untuk memajukan industri kelapa sawit yang berkelanjutan guna mendukung keberlangsungan pembangunan nasional dan pencapaian SDGs sesuai yang kita harapkan bersama demi kelangsungan industri dan generasi penerus kita.
Webinar ini juga dihadiri oleh beberapa pejabat dan aparat pemerintah seperti Dubes RI untuk Austria (Darmansyah Jumala), KBRI London, KBRI Brussels, KBRI Wina, KJRI Hamburg, serta perwakilan organisasi-organisasi lainnya.