Polri: Sebagian Orang Anggap Terorisme Hasil Rekayasa
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono mengungkap, ada sejumlah tantangan yang dihadapi Polri dalam menanggulangi terorisme di Indonesia. Salah satu tantangan terbesar itu ketika masyarakat yang tidak percaya adanya gerakan radikal atau terorisme.
"Pertama adalah gerakan radikal yang ada sebagaian masih tidak percaya, atau sebagian sengaja tidak percaya. Ini masih terjadi di masyarakat," kata Rusdi dalam sebuah diskusi virtual, Minggu 4 April 2021.
Bahkan, menurut Rusdi, ada yang berpendapat bahwa pengeboman di Gereja Katedral Makassar dan penembakan di Mabes Polri bukan merupakan kejadian nyata alias rekayasa. Anggapan-anggapan ini membuat kebingungan di masyarakat.
"Itu rekayasa kata mereka. Masih ada kelompok kelompok seperti itu yang tidak percaya dan sengaja memang membuat masyarakat jadi bingung," tuturnya.
Tantangan penanggulangan terorisme lainnya yakni sasaran kelompok teror di kalangan anak muda. Rusdi mencontohkan, pelaku kasus terorisme di Makassar dan Mabes Polri merupakan anak muda yang lahir di era 90-an.
"Ini jelas sekali ini perlu kita antisipasi ke kelompok kelompok teror sekarang telah menyasar daripada anak-anak muda di negeri ini," ujarnya.
Untuk menghadapi tantangan ini, penting bagi kelompok-kelompok moderat untuk bersatu. Jika tidak, lanjut Rusdi, maka kelompok kecil akan semakin sering membuat narasi-narasi yang menyesatkan opini publik.
Permasalahan terorisme bukan masalah yang enteng tetapi masalah yang kompleks sehingga penyelesaiannya adalah bisa dilalui bagaimana potensi-potensi sumber daya anak bangsa ini bergerak bersama untuk sama-sama menghadapi daripada pemahamanan maupun aksi teror yang terjadi di Tanah Air.