Tantangan NU Hadapi Globalisasi Islam, Perlu Strategi Khusus
Era globalisasi salah satunya ditandai dengan akses informasi yang sangat terbuka dan melimpah, termasuk akses informasi keislaman global. Akibatnya, antara satu negara dengan negara lainnya saling mempengaruhi wacana keislaman. Ini menjadi tantangan bagi warga NU, bagaimana bisa ikut mewarnai Islam Ahlusunnah Wal Jamaah di level global.
“Sekarang, tugas Indonesia tidak hanya menjadi pihak yang mengambil keberislaman dari luar. Akan tetapi, juga mampu memberi keberislaman Ahlusunnah Wal Jamaah (di level global),” ujar Duta Besar RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, dalam Muktamar Talk Sesi ke-5 di TV9 News, Sabtu 18 Desember 2021.
Berkaca kepada para tokoh pendiri NU, Zuhairi mengungkapkan bahwa sebenarnya kiai-kiai NU sudah berkontribusi untuk globalisasi Islam. Bahkan, sebelum NU berdiri, yaitu ketika dibentuknya Komite Hijaz yang merupakan kepanitiaan kecil dan dikomandani oleh KH Wahab Chasbullah sebagai respons atas antipluralitas madzhab di Arab Saudi.
“Setelah itu, NU terus mewarnai cara berpikir keislaman yang tawassuth, tawazun, dan i’tidal,” imbuh Zuhairi.
Optimalkan Peran Generasi Muda
Lebih lanjut, ia memaparkan, kontribusi NU untuk keberislaman di level global terus dilanjutkan oleh generasi mudanya, seperti dibentuknya pengurus-pengurus cabang NU di berbagai negara yang secara resmi sudah ada 31 PCINU.
“Kehadiran PCINU-PCINU itu memaksimalkan komunikasi, syiar, dan konsolidasi,” tambah pria kelahiran Sumenep, Madura, Jawa Timur itu.
Selain itu, lanjut Zuhairi, PCINU Tunisia juga sudah mengupayakan berbagai macam beasiswa pendidikan agar anak-anak muda NU bisa melanjutkan pendidikan di Tunisia. Seperti beasiswa ke Universitas Zaitunah Tunisia untuk 10 penghafal Al-Qur’an dan tafsir dan beasiswa S2 untuk lulusan S1 Unusia prodi Islam Nusantara.
Website Berbahasa Arab
Upaya lain untuk globalisasi Islam, terkhusus Islam Indonesia yang berhaluan Aswaja, adalah dengan pembuatan website berbahasa Arab pertama di Timur Tengah yang akan diluncurkan bersamaan dengan pelaksanaan Muktamar ke-34 NU mendatang.
“Ini amal jariyah kami (PCINU Tunisia) kepada NU untuk mengenalkan NU dan Indonesia ke kawasan Timur Tengah,” ujar pria kelahiran 1977 itu.
Rencananya, website tersebut akan diisi dengan konten-konten ke-NU-an seperti kegiatan NU, kajian pemikiran, kebudayaan, karakter masyarakat Indonesia yang guyub dan toleran, dan Islam Nusantara.
Imam Kusnin Ahmad melaporkan, Zuhairi menilai untuk berkiprah di level global, sebenarnya NU sudah memiliki banyak modal. Seperti modal bahasa, pemikiran, diplomasi dan khazanah kebudayaan.
“Maka sudah saatnya NU memberikan sumbangsih untuk pentas global,” tuturnya.