Tantangan dan Peluang Bagi Dokter Kulit Pasca-Pandemi Covid-19
Oleh: Iwan Trihapsoro
In the middle of difficulty lies opportunity - Albert Einstein
Pandemi Covid-19 secara langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi setiap manusia dan merubah sistem pelayanan kesehatan. Pandemi merupakan situasi yang berkembang pesat, menimbulkan tantangan dan peluang yang mendorong pengembangan infrastruktur baru untuk beradaptasi dalam praktik dermatologi.
Seperti semua spesialisasi lainnya, praktik dermatologi sangat terpengaruh oleh pandemi ini. Para dokter kulit telah turut serta dalam mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan penularan virus, sembari memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan kasus kelainan kulit dan kelamin di lingkungan terbatas. Insiden pasti atau prevalensi manifestasi kulit terkait Covid-19 sebagian besar masih belum diketahui dan mekanisme patofisiologinya juga masih belum jelas.
Memburuknya penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya seperti rosasea, eksim, dermatitis atopik, dan ruam neurodermatitis telah dilaporkan pada pasien Covid-19. Mengobati diri sendiri, kurangnya kepatuhan pasien dan kurangnya protokol pengobatan yang tepat serta pemantauannya merupakan masalah serius dalam kejadian ini. Belum lagi hilangnya kasus-kasus penyakit kulit dan kelamin yang kronis dan menjadi program pemberantasan nasional akibat pandemi seperti kusta, HIV-AIDS dll.
Masih adanya ketidakpastian tentang berapa lama isolasi sosial akan diterapkan, serta timbulnya varian baru seperti varian delta dan omicron, maka para dokter kulit perlu tetap memperhatikan pasien yang sedang atau memulai terapi imunomodulator, dan menghindari kunjungan rumah sakit yang tidak perlu. Dilain pihak, ada kelompok pasien dengan kebutuhan penanganan dermatologi mendesak, yang kemungkinan besar tidak dapat menunggu hingga periode isolasi berakhir, sehingga para dokter perlu mencari pendekatan yang inovatif untuk penanganannya.
Amankah kunjungan ke klinik ?
Di Amerika Serikat, prosedur berobat yang aman ke klinik kulit menurut American Academy of Dermatology secara umum adalah sebagai berikut.
1. Kunjungan dengan perjanjian, pasien dapat memilih untuk berkonsultasi secara online dengan telemedicine atau secara offline.
2. Pembatasan pengunjung, khususnya pendamping pasien saat berobat. Disarankan, bila memungkinkan pendamping menunggu di mobil atau di luar ruang klinik.
3. Dokumen rekam medik secara online, untuk menghindari antrian di resepsionis.
4. Panggilan pre screening, untuk menanyakan keluhan yang dialami seperti tanda atau gejala infeksi saluran pernapasan, misalnya batuk, sakit tenggorokan, demam, atau sesak napas.
Kehilangan rasa atau bau, pilek, diare, atau mual. Apakah baru-baru ini melakukan kontak dekat dengan seseorang yang didiagnosis dengan Covid-19 atau tidak.
5. Memakai masker, mengukur suhu tubuh dan jaga jarak.
6. Setelah selesai konsultasi atau berobat diharapkan kembali kerumah Di Indonesia pada dasarnya sama, bahkan setelah adanya program imunisasi maka status imunisasi akan ditanyakan atau harus menggunakan aplikasi Peduli Lindungi untuk keluar masuk rumah sakit.
Dampak pada klinik dermatologi, tindakan operasi dan pendidikan
Sejak awal pandemi, banyak langkah dan protokol telah diterapkan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi, menurunkan puncak kurva epidemi, dan mempersiapkan berbagai fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19. Berdasarkan pengalaman China, hanya operasi kulit mendesak yang harus dilakukan, kapasitas klinik rawat jalan harus dikurangi, semua pasien harus diperiksa di pintu masuk klinik untuk demam atau riwayat perjalanan ke daerah endemik, dan semua pasien harus diperiksa memakai masker; namun, perlu diketahui juga bahwa terkadang penggunaan masker untuk pasien mungkin sulit karena sebagian besar karsinoma berisiko tinggi terletak di daerah wajah. Selanjutnya, dokter harus memakai APD berupa masker, kacamata, pakaian pelindung, penutup kepala dan sarung tangan.
Umumnya, sebagian besar kunjungan rawat jalan dermatologis bersifat elektif, sehingga disarankan untuk membatalkan semua kunjungan yang tidak mendesak dan hanya kunjungan rawat jalan yang mendesak (termasuk operasi untuk keganasan) harus dilakukan asalkan menerapkan tindakan perlindungan yang ketat. Disarankan agar praktisi yang berisiko Covid-19 (usia 60 tahun atau lebih, memiliki gangguan kekebalan, hamil, dan penyakit penyerta) harus menghindari kontak dengan pasien. Di sisi yang sama, rawat inap di rumah sakit hanya boleh dipertahankan untuk pasien dengan penyakit kulit parah yang tidak merespons pengobatan rawat jalan.
Salah satu teknologi medis yang diminati selama pandemi saat ini adalah telemedicine yang memungkinkan dokter kulit mendiagnosis pasien dari jarak jauh dan meresepkan perawatan yang tepat. Ada dua jenis konsultasi dalam teledermatologi baik sinkron (interaksi real time antara pasien dan dokter) atau asinkron (data pasien disimpan dan kemudian ditinjau oleh dokter). Menariknya, teknologi smartphone (terutama Whatsapp) telah digunakan untuk mengatasi kekurangan peralatan teledermatologi di sebagian besar fasilitas kesehatan, namun memiliki keterbatasan dalam hal kualitas video dan gambar, serta masalah medikolegal dan privasi.
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada kegiatan pengajaran dan kegiatan ilmiah, namun, pengajaran jarak jauh mahasiswa kedokteran dan residen melalui kuliah online, seminar dan diskusi kasus lebih aman dibandingkan dengan metode klasik selama masa kritis ini.
Peran perhimpunan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) saat ini memiliki 2.554 anggota yang berada di 28 Cabang di seluruh Indonesia. Pada masa sebelum pandemi telah berhasil melaksanakan transformasi digital sistem administrasi sehingga pada saat awal pandemi telah dapat 100% melaksanakan Working From Home dan tetap beroperasi penuh. Melalui Sistem Informasi Terintegrasi maka Perdoski dapat melakukan edukasi di masyarakat melalui website dan media sosial.
Satgas Covid-19 Perdoski dibentuk sejak April 2020, dengan kegiatan utama berupa donasi dan distribusi APD dan Masker, pendampingan anggota yang terdampak covid-19, melakukan kajian terkait covid-19 dalam praktek, kajian terhadap alur pasien, kampanye vaksinasi, penelitian efek UV light, hand sanitizer dan APD, serta melaksanakan 111 webinar. Selain itu bekerja sama dengan Kemenkes RI telah dikembangkan pula aplikasi alat bantu diagnostik penyakit kulit dan kelamin Skin Apps.
Rekapitulasi monitoring Covid-19 secara kumulatif hingga Agustus 2021, terdapat 141 dokter kulit yang positif Covid-19, dimana 18 orang memerlukan rawat inap sedangkan 2 diantaranya meninggal dunia.
Ketua Umum PP Perdoski yang terpilih kembali untuk periode jabatan kedua pada Konas Perdoski 2021, Dr. dr. M. Yulianto Listiawan, Sp.KK(K)., FINSDV., FAADV mengatakan bahwa pascapandemi, Perdoski akan terus bertransformasi menjadi jangkar dalam pelayanan kesehatan kulit dan kelamin di Indonesia dengan mengedepankan pelayanan masyarakat untuk kesejahteraan bersama, berorientasi digitalisasi dengan memperluas jangkauan internasional untuk mencapai Visi Perdoski yaitu menjadi perhimpunan profesi yang profesional dan terkemuka di bidang dermato-venereologi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan diakui di tingkat dunia.
Menurut Ketua Umum Perdoski, beberapa pekerjaan rumah yang masih harus dilakukan dimasa mendatang adalah menyusun regulasi estetik, sistem pembiayaan kesehatan (BPJS, InaCBG, DOEN, FORNAS), pengumpulan data morbiditas penyakit, penguatan kompetensi melalui Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Dermato-Venereologi, etika profesi anggota, telemedicine dibidang dermato-venereologi dan penyempurnaan sistem digital Perdoski.
Peluang Masa Depan
Saat ini sangat banyak laporan kasus Covid-19 yang dijumpai pada jurnal ilmiah. Penting bagi dokter kulit untuk melakukan penelitian prospektif ketat guna mencapai pemahaman komprehensif tentang prevalensi sebenarnya, riwayat alami infeksi SARS-CoV-2, menentukan apakah manifestasi kulit menandakan asosiasi sistemik yang penting dan mengidentifikasi strategi manajemen terbaik.
Selain itu, penelitian paralel harus mampu memberi petunjuk bagaimana dokter kulit dapat terus memberikan pelayanan spesialistiknya di masa pandemi global, dengan perhatian pada strategi mengurangi kesenjangan dalam akses dan mengidentifikasi prioritas dalam penelitian dermatologis dan pelayanan klinis.
Dokter kulit harus tetap fokus pada peran penting mereka di tengah krisis pelayanan kesehatan internasional ini, terus belajar dan berkontribusi, dan mempertimbangkan cara terbaik untuk mendiagnosis dan merawat pasien dengan manifestasi kulit terkait Covid-19 dengan aman dan efektif sambil tetap mempertahankan kualitas terbaik untuk semua pasien yang membutuhkan pelayanan dermatologis.
Kesimpulannya, Covid-19 secara dramatis telah mempengaruhi praktik dermatologis. Namun, dokter kulit harus tetap memberikan perhatian untuk tidak berkompromi (dengan membatalkan atau menunda) terhadap kasus yang mendesak dan berisiko tinggi. Meskipun pandemi telah menyebabkan banyak orang menunda mencari pelayanan medis, penting untuk terus menjaga kesehatan diri.
Kanker kulit dan banyak kondisi kulit, rambut, dan kuku lainnya masih perlu diobati untuk mencegahnya bertambah parah dan membantu masyarakat tetap sehat. Keselamatan pasien tetap menjadi prioritas utama bagi para dokter kulit.
* Iwan Trihapsoro, Sp.KK., Sp.KP.,FINDV.,FAADV, Anggota Perdoski Tim Ahli Kelompok Kerja Ketahanan Kesehatan Nasional periode 2021-2024.
Advertisement