Tantangan Dakwah di Era Milenial, Ini Pesan Khusus Ulama Sepuh
KH Maimun Zubair berpesan kepada para kiai muda pengasuh pondok pesantren, agar mengikuti perkembangan zaman. Termasuk menguasai teknologi informasi, sehingga bisa menyampaikan dakwah secara kekinian.
Berbicara di hadapan ratusan kiai muda dalam Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW di Ponpes Wakaf Literasi Islam Indonesia (Wali), Candirejo, Tuntang, Semarang, Mbah Maimun berkisah saat dirinya belajar bahasa Melayu dan aksara latin, sewaktu muda dulu.
Ketika itu, bahasa Melayu belum begitu populer dan masyarakat Jawa, khususnya kaum santri terbiasa menggunakan aksara arap pegon (huruf arab gundul), bukan tulisan latin.
"Saya waktu kecil diminta bapak untuk tidak hanya belajar alif ba ta, namun juga belajar ABCD. Selain itu juga belajar bahasa Melayu. Waktu itu belum ada bahasa Indonesia," kata Mbah Maimun, yang Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU).
Selain itu, Mbah Maimun muda akrab dengan nilai-nilai kebangsaan melalui bacaan-bacaan dari Penerbitan Balai Pustaka. Ayahnya berpesan agar jangan meninggalkan bacaan-bacaan dari orang-orang yang berpaham nasionalis.
Salah satunya adalah Panjebar Semangat, majalah mingguan berbahasa Jawa yang terbit di Surabaya.
Majalah yang pertama kali terbit 2 September 1933 ini didirikan Dr Soetomo, tokoh pendiri Budi Utomo. Majalah inilah salah satu media yang digunakan Budi Utomo untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.
"Saya harus baca Penyebar Semangat, menyebarkan semangat kebangsaan," tandasnya, dalam siaran pers diterima ngopibareng.id, Senin (4/12/2017).
Terlepas dari itu, Mbah Maimun sangat mendukung dan merestui keberadaan Forum Kyai Muda (FSKM) se-Jawa Tengah ini. Apalagi keberadaan para kiai muda ini akan menggantikannya suatu hari nanti.
Ia mendorong agar para kiai muda melek teknologi, agar pesan dakwahnya sampai kepada umat, khususnya generasi milenial.
"Saya sebagai seorang tua, paling dahulu merestui ada forum kiai muda. Apa maksudnya saya, kiai-kiai yang ada sekarang ini akan diganti oleh kiai muda itu. Harus dibekali bahwa kiai muda mengetahui sekarang ini zaman yang tidak sama," tuntasnya.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Wali, KH Anis Maftuhin menjelaskan, dalam kegiatan Multaqo Kebangsaan ini juga digelar Ngaji Jurnalistik dengan tema "Strategi dan Teknik Dakwah di Era Digital untuk Generasi Milenial".
Menurut Anis, kiai muda harus melek teknologi dan media sosial. Karena keduanya adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Sejauh ini, ia melihat, para kiai muda khususnya di Jateng memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan diskursus tentang teknologi informasi ini.
"Salah satunya memanfaatkan media sosial untuk berdakwah," kata Anis.
Salah satu pembicara Ngaji Jurnalistik adalah anggota DPR Muhammad Arwani Thomafi. Dalam paparannya ia mengatakan, media saat ini sangat luas, tidak sebatas media cetak dan penyiaran saja.
Sekarang sudah masuk media online dan media sosial. Sehingga dengan semakin banyaknya media tersebut, seharusnya menjadi peluang dan potensi bagi sarana dakwah itu sendiri.
"Zaman now ini menjadi penting memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah. Jadi ini sangat positif," kata Arwani. (adi)
Advertisement