Tantangan 'Bunuh Diri' dalam Waktu 50 Hari
Blue Whale Challange, begitu permainan ini populer disebut, mengajak para pemainnya yang masih ABG untuk melakukan rangkaian tantangan dalam waktu 50 hari.
Tantangan ini secara bertahap menjadi lebih berbahaya, hingga memberikan doktrin bunuh diri. Caranya, si pemain akan melukai bagian tubuhnya sendiri dengan benda tajam.
Seusai namanya 'Paus Biru', merujuk pada prilaku dimana sejumlah paus biru sengaja mendamparkan diri di pantai dan mati.
Nama ini kemudian digunakan oleh kelompok yang diduga melakukan tekanan pada remaja untuk melakukan bunuh diri.
Kemunculan awal tantangan melenceng ini pertama kali dari negara Rusia. Sama seperti aplikasi lainnya di media sosial, Blue Whale mengharuskan pemainnya untuk masuk dalam komunitasnya dan bisa melakukan beberapa hal seperti menambahkan teman, mengirim pesan dan banyak lainnya.
Namun, tujuan yang awalnya sebagai sarana untuk memperluas jaringan sosial kemudian disalahgunakan untuk melakukan bunuh diri.
Vladimir Putih selalu pemimpin negera Rusia mengecam keras aplikasi tersebut. Pasalnya, jumlah kasus ABG bunuh diri di Rusia meningkat 59 persen.
Aktor dan pebisnis Christian Sugiono bahkan memperingatkan soal tantangan Blue Whale sejak rumor ini berhembus pada Mei 2017 lalu.
Suami Titi Kamal ini menyebut, anak muda yang labil dan memiliki kecenderungan bunuh diri jadi sasaran.
Di Inggris, sejumlah kepolisian mengaku telah mengetahui adanya tantangan ini walau belum ada kasus terkait yang dilaporkan.
Hertfordshire Constabulary meminta orangtua untuk waspada dan memantau penggunaan internet anak-anak.
Pasalnya, Hertfordshire Constabulary mendapatkan laporan bahwa kelompok yang terkait dengan Blue Whale memiliki ribuan anggota dan pelanggan di Facebook dan Youtube.
Dan, tantangan ini sudah muncul di berbagai negara seperti Rusia, Ukraina, Spanyol, Portugal dan Inggris.
Pusat Perlindungan Online dan Eksploitasi anak (CEOP) di Inggris menyebut ada sejumlah gejala, tetapi tidak selalu nyata karena para pelaku 'Blue Whale' terlatih untuk bertindak hati-hati untuk mencegah agar tindakan mereka tidak diketahui.
Dikutip dari Mirror, berikut ini beberapa gejalanya:
1. Anak menjadi sangat tertutup, terutama tentang apa yang mereka lakukan di dunia maya.
2. Anak lebih banyak menghabiskan waktu di internet dan media sosial.
3. Anak langsung mengganti tampilan layar pada ponsel atau laptop, saat didekati orangtua mereka.
4. Anak menarik diri atau cenderung marah setelah menggunakan interney atau menerima pesan online.
5. Anak memiliki banyak nomor telepon atau alamat email tak dikenal di perangkat ponsel atau laptop.
Teknologi seharusnya digunakan dengan sebijak mungkin. (yas)