Tangkuban Parahu Meletus Lagi, Tinggi Kolom Abu 100 Meter
Meletus lagi. Kali ini, letusan Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat, dengan tinggi kolom abu 100 meter dari dasar kawah, Rabu 4 September 2019 sekitar pukul 07.24 WIB.
"Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah selatan dan barat daya. Demikian Informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Disebutkan, erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 50 mm dan durasi sekita 58 detik.
"Selanjutnya erupsi menerus," tulis PVMBG dalam siaran persnya, Rabu, 4 September.
Saat ini, status Tangkuban Parahu masih di Level II (Waspada). Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan pengunjung/wisatawan/pendaki diimbau tidak mendekati kawah dalam radius 1,5 km dari kawah aktif.
Selain itu, PVMBG juga merekomendasikan kawasan Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu untuk sementara ditutup sampai jarak aman.
Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu juga diharapkan tenang dan beraktivitas seperti biasa. "Tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu dan harap selalu mengikuti arahan BPBD setempat," kata PVMBG.
Bahaya Parahu
Dalam cattan ngopibarengd.id, ketika terjadi letusan sebelumnya, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Ignasius Jonan sempat mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu milik Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Setelah memantau aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu dari seismograf serta meminta hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, Jonan memastikan pihaknya belum bisa menurunkan status waspada atau level II yang saat ini disandang Gunung Tangkuban Parahu.
Menurut Jonan, sejak erupsi freatik pertama yang terjadi pada tanggal 26 Juli 2019 lalu, aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu belum juga reda.
"Sudah sebulan sejak 26 Juli 2019 sampai sekarang, ternyata dari laporan aktivitasnya kurang lebih masih sama," kata Jonan, akhir Agustus lalu.
Lebih lanjut Jonan mengatakan, rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG untuk tidak mendekati Kawah Ratu, kawah utama Gunung Tangkuban Parahu dalam radius 1,5 kilometer masih tidak berubah. Bukan hanya letusan freatik yang mengeluarkan semburan asap putih dan abu vulkanik, Jonan mengatakan yang perlu dijauhi oleh pengunjung adalah gas beracun yang tidak berbau dan tidak berwarna.
"Yang paling dikhawatirkan adalah keluarnya gas bersamaan dengan erupsi kecil. Jadi gasnya adalah H2S dan SO2. Ini gas yang tidak ramah makhluk hidup, makanya dikasih pembatasan di radius 1,5 kilometer dari kawah Tangkuban Parahu," bebernya.
Jonan mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan aktivitas vulkanik gunung Tangkuban Parahu. Menurut dia, apabila aktivitas vulkanik sudah turun, pihaknya akan segera mencabut status waspada.
"Kami akan terus pantau dari alat monitoring kami. Di sini cukup lengkap, ada GPS, ada seismograf, ada pemantaun gas. Kalau mereda dalam jangka waktu yang kita prediksi tidak timbul lagi, baru kita turunkan statusnya. Tapi sekarang belum bisa diturunkan," katanya.