Tangkap Vladimir Putin Hidup Atau Mati Rp 14,3 Miliar
Seorang pengusaha Rusia menggelar sayembara menangkap Presiden Rusia Vladimir Putin. Hadiahnya berupa 1 juta dolar AS atau setara Rp 14,3 miliar. "Saya berjanji untuk membayar $1.000.000 kepada petugas yang sesuai dengan tugas konstitusional mereka, menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional," tulis Alex Konanykhin melalui situs jaringan LinkedIn.
Seperti dilansir media Inggris, Express.co.uk, Alex Konanykhin yang merupakan investor cryptocurrency yang tinggal di California, Amerika Serikat (AS). Menurutnya, penegak hukum harus berhasil menangkap Vladimir Putin sebagai penjahat perang sesuai koridor hukum yang berlaku di Rusia maupun internasional.
"Putin bukanlah Presiden Rusia karena dia berkuasa sebagai hasil dari operasi khusus meledakkan gedung-gedung apartemen di Rusia, kemudian melanggar Konstitusi dengan menghapuskan pemilu yang bebas dan membunuh rival-rivalnya," sebut Alex Konanykhin dalam pernyataannya.
Dia juga menyertakan foto Putin yang ditampilkan sebagai buronan dengan tulisan berbunyi: "Dicari: Hidup atau Mati, Vladimir Putin atas pembunuhan massal."
"Sebagai seorang etnis Rusia dan warga negara Rusia, saya melihatnya sebagai kewajiban moral saya untuk memfasilitasi denazifikasi Rusia Saya akan melanjutkan bantuan saya untuk Ukraina dalam upaya-upaya heroik untuk menahan serangan gencar Orda (gerombolan) Putin," sebutnya.
Alex Konanykhin menyebut dirinya memiliki kewajiban moral untuk berkontribusi dalam upaya mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai 24 Februari 2022.
Tak Khawatir Keselamatan Nyawanya
Dalam postingan Facebook, Konanykhin menekankan tawarannya tanpa menyertakan foto Putin, sembari menyatakan: "Facebook melarang postingan saya; Anda pikir itu keputusan yang benar?"
Berbicara kepada Insider, Konanykhin menyatakan dirinya akan membayar imbalan yang ditawarkannya untuk penangkapan Putin dari dananya sendiri. Dia juga memperjelas bahwa invasi Rusia ke Ukraina tidak mewakili pandangannya.
Saat ditanya apakah dia mengkhawatirkan keselamatannya usai melontarkan tawaran itu, Konanykhin menjawab: "Putin diketahui membunuh musuh-musuhnya."
"Dia memiliki jutaan musuh sekarang," tandasnya.
Profil Alex Konanykhin
Menurut Vice, Alex Konanykhin pernah memiliki kekayaan bernilai 300 juta dolar AS. Dia terakhir kali meninggalkan Rusia pada tahun 1992. Sejak saat itu, dia belum pernah ke sana lagi. Dalam biografi yang ditulisnya, yakni Unicorn Hunters, Alex Konanykhin disebut sebagai pengusaha internasional visioner dan penulis buku terlaris.
Setelah meninggalkan Rusia, Alex Konanykhin mendapat suaka pada 1999 dan mendirikan perusahaan periklanan web di New York. Setelah dicabut pada 2003, ia hampir dideportasi, akhirnya dipulihkan pada tahun 2007. Setelah jatuhnya Uni Soviet, Alex Konanykhin lolos dari penculikan KGB. Ia kemudian dipenjarakan oleh pejabat imigrasi Amerika dan memulai sebuah perusahaan.
Alex Konanykhin merinci pembelotannya dalam bukunya, “Defiance : How to Succeed in Business". Dia pernah diburu oleh FBI, KGB, INS, Departemen Keamanan Dalam Negeri, Departemen Kehakiman, Interpol dan Mafia Hit Men. Dia juga ikut mendirikan perusahaan teknologi yang sekarang bernilai lebih dari 2,4 miliar dolar AS, demikian menurut bio acara TV.
Menurut sebuah artikel tahun 1996 di The Washington Post, Alex Konanykhin belajar di Institut Fisika dan Teknologi Moskow sebelum keluar. Ia sempat membuka koperasi mahasiswa konstruksi, kemudian masuk ke bisnis lain, seperti perbankan, saham dan real estate.
Seperti dikutip harian surat kabar Spanyol, Marca, pada 1996, Alex Konanykhin dan istrinya ditahan di Amerika Serikat oleh agen imigrasi federal dengan tuduhan melanggar persyaratan visa AS mereka. Kasus ini dipicu karena pihak berwenang Rusia mengklaim kalau dia telah menggelapkan 8 juta dolar AS dari Bank Pertukaran Rusia di Moskow. Kasus itu berlarut-larut selama berminggu-minggu.
Selama persidangan, Alex Konanykhin bersaksi bahwa beberapa asisten perusahaannya di Bank Pertukaran Rusia menekan dan mengancamnya sehingga membuatnya pindah ke Hongaria. Setibanya di Hongaria, ia kembali diancam lagi dengan kekerasan sehingga ia melarikan diri ke Republik Ceko dan kemudian ke New York. Pihak berwenang Rusia mengklaim bahwa versinya tentang peristiwa itu salah dan dia hanya berusaha memfitnah mantan karyawannya.