Tangis Kerabat Korban Tewas Suporter Arema: Dia Masih 15 Tahun
Sebuah mobil ambulans sedang bersiap keluar dari kamar jenazah RSUD Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Minggu 2 Oktober 2022. Di dalamnya, tampak jenazah mustofa, 15 tahun, tersimpan di dalam kantong jenazah berwarna oranye. Ada adik lelakinya, duduk di samping jenazah. Tersedu sambil menyeka air matanya.
"Dia berangkat naik motor, setiap tanding memang selalu mendukung," kata Zainal Abidin, kerabat korban. Namun kabar kali ini membuat Zainal kaget. Ia mengaku dikontak oleh seorang teman korban pada Minggu, 2 Oktober 2022 dini hari.
Kabar tak enak, jika Mustofa jadi korban rusuh di Kanjuruhan. "Saya langsung ke sini memastikan kabar itu," ujarnya.
Setiba di RSUD Kanjuruhan, ia yang datang bersama istri dan anaknya kemudian melakukan pengecekan terhadap jenazah Mustofa. "Saya kenal wajahnya. Hanya ada bekas lebam di wajah dan kepala," lanjutnya.
Informasi yang didapat dari rekan Mustofa, menyebut jika keponakannya panik lantaran kena gas air mata. Nahasnya, pintu keluar belum juga dibuka, meski pertandingan telah berakhir. "Jadi dia ini lari sendiri ke arah pintu keluar karena panik, tapi pintunya masih ditutup. Akhirnya dia terinjak-injak," imbuhnya.
Mata Zaenal basah menahan air mata yang hendak turun. Pagi itu, ia mengantar Mustofa pulang dari pertandingan terakhirnya, menumpang mobil ambulans.
Mustofa adalah satu dari 129 suporter Arema yang meregang nyawa. Sebanyak 16 di antaranya belum teridentifikasi di RSUD Kanjuruhan, hingga Minggu 2 Oktober 2022, siang.
"Sebagian besar korban meninggal atau cedera didominasi remaja, belasan hingga puluhan tahun usianya. Korban meninggal ada juga yang anak-anak," kata Direktur RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Boby Prabowo.