Tangis, Canda dan Suapan Warnai Penyambutan Keluarga dari Wuhan
Sebanyak 62 orang dari 65 warga Jawa Timur akhirnya kembali. Mereka selesai mengikuti proses karantina di Natuna pasca evakuasi yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI). Hal itu untuk menyelamatkan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China. Mereka tiba di Bandar Udara Internasional Juanda, Sabtu 15 Februari 2020 malam.
Berdasar pantauan, pesawat yang digunakan 62 warga Jatim ini tiba sekitar pukul 22.10 WIB tepat di depan Gedung VIP Bandara Juanda. Para orang tua yang sudah tak sabar menyambut kedatangan anaknya terlihat berdesakan dengan orang tua lain. Namun itu bukan masalah. Mereka berdesakan masih dalam batas wajar.
Para warga Jatim yang seluruhnya tercatat sebagai mahasiswa itu disambut langsung oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa bersama jajaran dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan stakeholder lain. Khofifah dan pejabat lain langsung menyambut di depan tangga pesawat. Satu persatu disalami langsung oleh Khofifah dan jajarannya.
Setelah itu, para WNI yang baru datang itu memasuki gedung satu per satu disambut keluarganya. Tangis pun pecah. Air mata yang menetes tak bisa ditutupi oleh semua anggota keluarga, pelukan, ciuman bahkan sampai cubitan sayang tampak mewarnai penyambutan malam ini.
Dari situ kemudian semuanya langsung masuk ke ruang pertemuan untuk makan malam bersama. Suasananya makan malam begitu hangat. Lama tak bertemu dan bertaruh nyawa karena wabah virus corona membuat keluarga banyak yang tak melepaskan tangannya dari pundak sang anak.
Bahkan, ada beberapa yang dipangku oleh orang tua sampai sambil menyuapkan makanan. Ada pula yang memangku adiknya sambil bersenda gurau.
“Aduh Mas, benar-benar gak karuan kepikiran kondisi anak karena mendengar wabah ini sudah memakan banyak korban,” ungkap Muslihul Amali orang tua dari Muhammad Nadif mahasiswa Fakultas Kedokteran di Huangshi.
Apalagi, Muslihul bersama sang istri sudah dua tahun lebih tidak bertemu anaknya. Anakanya tak sempat pulang karena fokus menjalani proses perkuliahan.
Karena itu, ia sangat mengapresiasi langkah cepat pemerintah yang segera melakukan evakuasi. Ditambah dengan penanganan kesehatan secara intensif sampai dinyatakan betul-betul sehat.
“Alhamdulillah senang sekali sekarang sudah bisa ketemu bisa peluk orang tua dan makan sama-sama malam ini. Saya sangat khawatir sebelumnya karena takut jadi korban wabah ini. Tapi, dengan bantuan pemerintah sekarang bisa terbantu sekali dan bisa pulang,” ungkap Nadif.
Nadif mengaku, selama dalam kondisi berbahaya di Huangshi, dirinya bersama temannya yang lain tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya mendekam di dalam asrama kampus agar tidak terjangkit virus Corona.
Sementara untuk makanan memang sempat kesulitan, namun pihak kampus dengan berbagai cara mampu memberikan suplai bahan makanan yang dapat dimasak oleh para mahasiswa.
Sedangkan selama di Natuna, mahasiswa asal Probolinggo itu mengaku sangat senang. Mereka semua perlakukan dengan sangat baik. Suasananya pun malah gembira tak mirip seperti camp isolasi. Bagaimana tidak, para mahasiswa diajak berolahraga, bernyanyi, berjoget bersama, beribadah bersama, makan bersama, serta tak lupa mendapat perawatan yang baik.
“Senang banget Mas di sana he...he...he... Terus kita sehari itu dapat dua kali pemeriksaan ditambah obat dan vitamin yang harus diminum setiap hari,” ungkapnya.
Senada, Lilis Triana mengaku sangat senang karena sudah bisa melihat kondisi anaknya yang benar-benar sehat.
"Satu tahun anak saya dapat satu semester ndak pulang ternyata kemudian Wuhan ada virus dan kita di lockdown. Sekarang yang pasti senang sekali karena ternyata bisa pulang dan dalam keadaan sehat, itu yang paling utama,” ungkap Lilis.