Tanggul jebol, 900 Hektare Tanaman Padi Terancam Puso di Bojonegoro
Ancaman puso pada tanaman padi seluas 900 hektare lebih membayangi petani di sejumlah desa di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro pada Rabu 18 Desember 2024. Menyusul tanggul jebol di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Bojonegoro akibat luapan Bengawan Solo, pada Rabu 18 Desember 2024 dini hari.
Tanaman padi seluas 900 hektare yang terancam puso, berada di Desa Kauman, Desa Pomahan, Desa Pucangarum, dan Desa Karangdayu Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Sebagian tanaman padi puso juga dialami warga di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Bojonegoro. Dua kecamatan di Kabupaten Bojonegoro itu lokasinya bersebelahan, tepatnya di utara timur laut Kota Bojonegoro.
Tanggul jebol di Desa Kedungprimpen, kerap terjadi, terutama jika musim hujan datang. Curah hujan tinggi yang diiringi naiknya debit air di Sungai Bengawan Solo, membuat airnya meluber ke daratan. Sebagian luberan air kiriman dari hulu sungai terpanjang di Pulau Jawa ini, berdampak pada banjir di hilir sungai. Seperti beberapa desa di Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban dan Lamongan.
Menurut perangkat Desa Kedungprimpen, Yoyok, tanggul sungai yang berisiran dengan areal persawahan jebol saat air sungai berstatus siaga II banjir pada Rabu 18 Desember dini hari. Tanggul jebol di areal persawahan kemudian meluber menuju ke persawahan, terutama arah timur menuju ke beberapa desa di Kecamatan Baureno. “Airnya deras,” ujarnya pada Rabu 18 Desember 2024.
Sedangkan 900 hektare tanaman padi rata-rata berusia, antara 60 hingga 70 hari dan sebagian sudah mulai keluar bulirnya. Padi yang terendam banjir tinggi rata-rata 50 centimeter. Dikhawatirkan, jika banjir tak segera surut dan merendam padi, berpotensi puso. “Ya, moga surut,” paparnya.
Sebelumnya Sungai Bengawan Solo meluap akibat curah hujan tinggi telah mengancam ratusan hektare tanaman padi di wilayah Kecamatan Baureno dan Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro. Kondisi debit air yang berada di level Siaga II membuat air sungai melimpas ke area persawahan, menenggelamkan tanaman padi berusia sekitar 70 hari.
Para petani khawatir kondisi ini akan menyebabkan gagal panen atau puso, terutama karena air terus bertambah akibat hujan deras yang tidak bisa mengalir ke sungai Bengawan Solo. "Air mulai masuk ke sawah sejak kemarin. Chek Dam tidak bisa dibuka karena volume air di sungai sudah tinggi," ujar Hadi, warga Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro.
Tanaman padi yang mulai berbulir sangat rentan terhadap kerusakan jika terendam air terlalu lama. "Jika hujan terus terjadi dan air tidak segera surut, padi bisa membusuk dan gagal panen," tambahnya.
Beberapa sawah di Kecamatan Kanor dan Baureno sudah tenggelam, dan kondisi ini semakin memprihatinkan bagi petani. Meskipun panen masih beberapa bulan lagi, petani berharap air segera surut agar tanaman padi dapat terselamatkan.