Tanggapi Survei Litbang Kompas, TKD Jatim: Harus Pertebal Lagi!
Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin Jatim, Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin menanggapi hasil survei terbaru Litbang Kompas, yang dipublikasikan hari ini, Rabu 20 Maret 2019.
Berdasarkan survei Kompas, di Jawa Timur, paslon 01 masih unggul signifikan sebesar 57,1 persen dibanding paslon 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno sebesar 27,8 persen.
Selain itu ada pula porsi pemilih yang masih merahasiakan, sebanyak 15,1 persen. Maka selisih hampir 30 persen dengan keunggulan Jokowi.
”Ini harus dijaga dan dipertebal,” kata Mantan Kapolda Jatim tersebut, saat dikonfirmasi, Rabu.
Dalam sisa waktu yang tersisa ini pun, pihaknya akan mengoptimalkan kerja pemenangan dengan rapat terbuka serta memperkuat strategi door to door, yang dijalankan bersama para caleg dan relawan.
Namun, soal detail rapat terbuka, Machfud tak mau banyak memberikan keterangan lantaran hal itu menurutnya adalah strategi yang masih dirahasiakan pihaknya.
”Kami sudah petakan lokasi kampanye terbuka, mulai 24 Maret 2019 hingga 13 April 2019. Tapi belum bisa kami buka detail karena terkait strategi, tapi yang jelas persiapan di bawah sudah jalan,” ujarnya.
Survei terbaru yang dilakukan Litbang Kompas pada 22 Februari - 5 Maret 2019 menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 49,2 persen, masih mengungguli duet Prabowo-Sandi sebesar 37,4 persen. Adapun 13,4 persen responden menyatakan rahasia.
”Kalau kita mengikuti marjin elektabilitasnya, masih cukup tebal ya, sekitar 11,8 persen. Dalam sisa waktu sampai 17 April, Insya Allah sangat sulit mengejar marjin tersebut,” ujar Machfud.
Machfud mengatakan, yang jarang diperhatikan orang, dalam survei tersebut juga terdapat ekstrapolasi elektabilitas yang menunjukkan pasangan 01 diprediksi akan mendapatkan 56,8 persen pada 17 April mendatang. Sedangkan duet 02 mendapatkan 43,2 persen.
Perhitungan ekstrapolasi pada survei Litbang Kompas tersebut kata Machfud sudah melampaui perolehan suara Jokowi pada Pilpres 2014 yang sebesar 53,15 persen.
”Jadi alhamdulillah, ekstrapolasi ini kan sebuah metode ilmiah, proyeksi data ke depan berdasarkan pola kecenderungan data yang tersedia saat ini. Bahasa awamnya ini semacam prediksi hasil akhir. Kalau berdasarkan ekstrapolasi survei Kompas, selisih 01 dan 02 itu 13,6 persen, cukup tebal dan sulit dikejar dalam sisa waktu kurang lebih sebulan,” kata dia.
Ekstrapolasi itu kata Machfud dianggapnya sebagai pemicu semangat untuk lebih mengencangkan gerak pemenangan, agar marjin makin tebal.
”Justru setelah melihat ekstrapolasi itu kita tambah semangat untuk ngebut, gaspol agar marjin makin tebal,” pungkasnya. (frd)