Khofifah Tanggapi Isu Kiamat Tarekat Akmaliyah Asholihiyah
Sebanyak 52 warga di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, Jawa Timur, meninggalkan rumahnya. Mereka mencari perlindungan ke sebuah pondok pesantren (Ponpes) di Kabupaten Malang. Mereka adalah pengikut Tarekat Akmaliyah Asholihiyah, pimpinan Katimun, sebagai Ketua Padepokannya.
Hijrahnya warga Watubonang ini ke Kabupaten Malang viral di media sosial sejak dua hari terakhir. Menggapi masalah ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Kapolda Jawa Timur.
"Kapolda akan mengkoordinasikan timnya terutama lewat Polres di lingkungan Polsek. Kemudian Kanwil Kemenag juga sudah menurunkan timnya di lingkungan Kantor Urusan Agama (KUA) jadi di kecamatan itu sudah dilakukan koordinasi," ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat 15 Maret 2019.
Selain itu, lanjut Khofifah, sudah ada proses sosialisasi di Ponorogo agar masyarakat tidak termakan hoax tentang datangnya hari kiamat. "Dua hari lalu ada koordinasi dan sosialisasi supaya masyarakat tidak mudah terjebak pada hal-hal seperti itu (hoax hari kiamat)," ujarnya.
Khofifah juga meminta Polda Jawa Timur untuk melakukan investigasi terkait aset warga yang sudah dijual. Diduga, hasil penjualan diberikan ke pondok harus dikembalikan pada masayarakat.
"Aset yang dibeli dengan harga dibawah standar itu harus dikembalikan dengan sukacita. Pihak pesantren juga bisa mengembalikan hak sudah diserahkan oleh warga," jelasnya.
Fokus kasus ini adalah menyelesaikan masalah di pondokan milik Tarekat Akmaliyah Asholihiyah di Malang, sekaligus berkoordinasi dengan Bupati Ponorogo.
"Satu persatu dulu ini juga butuh proses. Jadi sekarang di pondok dulu di Malang sambil koordinasi dengan pak Bupati Ponorogo, mencari format bagaimana mereka bisa mendapatkan asetnya kembali," pungkasnya. (pita)