Tangani Pandemi di ASEAN, RRT Didorong Berperan Optimal
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pihaknya mendorong agar Tiongkok berperan optimal dalam upaya penanganan pandemi COVID-19 di ASEAN. Hal itu diungkap dalam pertemuan 10 Menteri Luar Negeri negara anggota ASEAN merayakan 30 tahun kemitraan bersama Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Peran Kerja Sama Vaksin
Retno menyebut, Tiongkok memainkan peran sangat penting dalam meningkatkan kerja sama vaksin, jika merujuk pada masih rendahnya persentase masyarakat ASEAN yang divaksinasi.
“Kesenjangan vaksin global berisiko memperlama pandemi, termasuk di Asia Tenggara. Saat ini 75 persen vaksin dinikmati oleh 10 negara dan hanya 0.4 persen yang dinikmati oleh negara berpendapatan rendah. Sementara ASEAN sejauh ini baru memvaksinasi 7.8 persen populasinya,” ungkap Retno Marsudi dalam pengarahan pers yang digelar secara daring usai pertemuan di Chongqing, RRT, Senin 7 Juni 2021.
Menurut Retno dengan telah diberikannya Prosedur Daftar Penggunaan Darurat (EUL) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksin Sinopharm dan Sinovac, Tiongkok didorong untuk membagi lebih banyak dosis melalui Fasilitas COVAX kepada negara-negara di Asia Tenggara.
“Kemudian, berbagi lebih banyak dosis atau dosis sharing melalui COVAX Facility. Kenapa ini penting sekali adalah dalam rangka memenuhi equal access for vaccines to all countries (akses setara vaksin kepada seluruh negara-red),” terangnya.
Dukung ASEAN Covid-19 Response Fund
Sebagai salah satu mitra strategis ASEAN, Tiongkok diharapkan berperan mendukung ASEAN Covid-19 Response Fund.
“Ke depannya, kita berharap peningkatan kerja sama dengan RRT dalam hal dukungan terhadap ASEAN COVID-19 Response Fund (dana response COVID-19) serta ke depan peningkatan kerja sama juga diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan cara memproduksi di negara-negara lain,” papar Menlu RI dalam pertemuan yang digelar secara langsung untuk pertama kali sejak setahun terakhir.
Sebelumnya, Sekjen ASEAN Lim Jock Hoi pada Januari lalu melaporkan ASEAN COVID-19 Response Fund telah menerima total janij mencapai hampir USD13.6 juta.
Indonesia turut memandang peran penting antara ASEAN-RRT dalam membangun ketahanan kesehatan kawasan juga sangat penting guna mengantisipasi pandemi di masa mendatang.
“Hal ini dapat dicapai melalui penguatan sistem deteksi dini, investasi dalam industri kesehatan, termasuk sektor farmasi, penelitian dan pengembangan, serta pembentukan pusat produksi vaksin regional,” jelas Retno.
Pada pertemuan khusus tersebut para Menlu ASEAN, juga memanfaatkannya untuk membahas Indo Pasifik, Laut Cina Selatan serta krisis politik di Myanmar.
Langkah Kerja Sama
Peningkatan kerja sama tersebut, menurut Menlu, dapat dilakukan melalui beberapa langkah, salah satunya yakni dengan memberikan dukungan terhadap Dana Respons COVID-19 ASEAN.
"Kemudian berbagi lebih banyak dosis atau doses sharing melalui COVAX Facility. Kenapa ini penting sekali, adalah dalam rangka memenuhi akses vaksin yang setara untuk semua negara," jelasnya.
Menaikkan Kapasitas Produksi
Dia mengatakan bahwa terutama dengan telah diterimanya izin penggunaan darurat bagi vaksin Sinopharm dan Sinovac buatan China, maka diharapkan kerja sama berbagi lebih banyak dosis melalui COVAX dapat dilakukan.
Ke depan, lanjut Menlu, peningkatan kerja sama juga diperlukan untuk menaikkan kapasitas produksi dengan cara memproduksi di negara-negara lain.
Retno juga menyoroti upaya-upaya yang dapati dilakukan dalam lingkup kemitraan ASEAN dan China di bidang kesehatan, baik di tingkat kawasan maupun internasional, di luar isu vaksin.
"Kemitraan ASEAN dan China dalam membangun ketahanan kesehatan kawasan juga sangat penting guna mengantisipasi pandemi di masa mendatang," tambahnya.
Menurut dia, pembangunan ketahanan kesehatan di kawasan itu dapat dicapai melalui sejumlah langkah, yakni penguatan sistem deteksi dini, investasi dalam industri kesehatan termasuk sektor farmasi, penelitian dan pengembangan, serta pembentukan pusat produksi vaksin regional.
Adapun di tingkat global, Indonesia mendorong agar ASEAN dan China dapat bekerja sama untuk memajukan kepentingan negara-negara berkembang pada perjanjian internasional tentang kesiapsiagaan pandemi.
Kerja Sama Bidang Kesehatan
Lebih lanjut, dalam pertemuan bilateral antara Menlu RI dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi yang dilakukan dalam kunjungan tersebut, Retno juga menyoroti penguatan kerja sama bidang kesehatan, di mana dia meminta China untuk menugaskan tim agar dapat membahas kerja sama kesehatan secara detil, sebagaimana pernah dibahas dalam kunjungan Menlu Wang Yi ke Indonesia yang terakhir.
"Indonesia telah sampaikan kesiapan untuk dapat menjadi hub produksi vaksin untuk kawasan," tuturnya.
Pertemuan para Menlu ASEAN dan China digelar secara fisik di Chongqing, China dan merupakan pertemuan tatap muka pertama bagi para menlu kedua pihak sejak Februari 2020 lalu.
Pertemuan itu dilaksanakan dalam rangka peringatan 30 tahun hubungan kemitraan antara ASEAN dan China.