Tangani Covid-19, Banyuwangi Perkuat 3M dengan Peningkatan 3T
Sesuai arahan Satgas Penanganan Covid-19 RI, Satgas Penanganan Covid-19 Banyuwangi mulai memadukan penerapan 3M yakni menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan dengan 3T (tracing, testing, dan treatment). Langkah ini untuk memperkuat upaya penanganan Covid-19 agar lebih efektif lagi.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Banyuwangi, dr. Widji Lestriono menyatakan, secara umum penyebaran Covid-19 di Banyuwangi belum mereda. Untuk itu, selain terus menekankan kedisplinan penerapan 3M, Satgas Penanganan Covid-19 Banyuwangi juga meningkatkan pelaksanaan 3T.
“Tracing kita percepat dan kita perluas. Testing kita relatif lancar karena kita mempunyai mesin PCR dan TCM. Sehingga pemeriksaan swab itu relatif mudah dan cepat,” jelas pria yang akrab dipanggil Rio ini, Sabtu, 21 November 2020.
Untuk T yang ketiga, yakni treatment, menurut Rio, Banyuwangi memiliki punya 6 rumah sakit rujukan Covid-19. Sehingga rumah sakit yang ada masih memadai untuk proses treatment pada pasien teronfirmasi Covid-19.
“Mudah-mudahan angka konfirmasi (Covid-19)harian yang relatif tinggi ini merupakan cerminan dari upaya kita meningkatakan 3T tadi,” tegasnya.
Lulusan Universitas Airlangga ini mengatakan, jika mencermati tabel Covid-19 Banyuwangi, saat ini yang masing relatif tinggi adalah angka kematian. Ini yang menjadi fokus Satgas penanganan Covid-19 Banyuwangi agar angka kematian pasien Covid-19 ini menurun.
Satgas penanganan Covid-19 Banyuwangi telah merumuskan dua model penanganan untuk menurunkan angka kematian ini. Yakni upaya pre hospital atau sebelum masuk rumah sakit dan upaya di rumah sakit.
Upaya pre-hospital dikerjakan petugas yang ada di tingkat Puskesmas. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengaktifkan kembali Posbindu-PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular). Sejak awal pandemi ini, kegiatan Posbindu-PTM sempat dihentikan.
“Padahal Posbindu-PTM itu merupakan upaya screening terhadap warga yang memiliki penyakit komorbid. Bagaimana warga bisa mengetahui tekanan darah, kadar gula darah, kolesterol asam urat dan kemudian dilakukan penanganan supaya normal kembali,” tegas Rio.
Dia berharap, dengan aktifnya kembali Posbindu-PTM ini, orang dengan komorbid ini penyakit komorbidnya bisa dinormalkan, tensinya dinormalkan gula darahnya bisa diregulasi.
“Sehingga jika terpapar covid-19 mereka bisa lebih berdaya, lebih kuat dan tidak sampai jatuh pada kematian,” tegasnya.
Pengaktifan Posbindu-PTM ini, menurut Rio, didasarkan atas data kematian yang terjai akibat covid-19 sebagian besar dialami orang yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Selain itu kematian pasien covid-19 dengan usia diatas 50 tahun mencapai angka 83 persen.
“Jadi kalau digabungkan lansia dan komordbid menjadi kelompok rentan untuk kematian (jika terpapar covid-19),” terangnya.
Upaya yang kedua menurunkan tingkat kematian akibat covid-19 adalah perawatan di rumah sakit. Pada upaya ini, Satgas Penanganan Covid-19 mendorong seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 untuk meningkatkan mutu perawatan pasien.
“Jadi dua upaya itu yang kita lakukan (untuk menurunkan kemarian akibat covid-19),” ujar pria yang juga Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi ini.
Selain itu, karena tren angka konfirmasi harian covid-19 di Banyuwangi belum menunjukkan tanda-tanda mereda, seluruh masyarakat diminta untuk tetap menjaga kewaspadaan dengan terus menjaga protokol kesehatan dan tetap disiplin dalam penerapan 3M.
“Di momen Hari Kesehatan Nasional kita mempunyai tagline jangan kendor pakai masker, jangan kendor jaga jarak, jangan kendor selalu cuci tangan,” pungkas Rio.
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan
#cucitangandengansabun
Advertisement