Tangan Kreatif Warga Jombang Sulap Gedebog Pisang jadi Kopyah
Hanya dari pelepah dan gedebog (batang pohon) pisang, Suryanto, 42 tahun, warga Dusun Bebekan, Desa Tapen, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Suryanto menyulap sampah organik itu menjadi bermacam-macam kerajinan tangan, mulai dari kopyah (songkok), blangkon, kotak tisu, keranjang air mineral, tas HP, celengan, vas bunga, sarung korek, gantungan kunci, serta pernak-pernik berbahan baku pelepah dan gedebog pisang lainnya.
Suami Ida Masfhiah ini mengaku menjalankan bisnis sampingan ini sejak empat tahun lalu, tepatnya pada tahun 2018. Ia sendiri memiliki profesi utama Suryanto yaitu sebagai perangkat di desa setempat.
Hasil kerajinan tangan berbahan baku pelepah dan gedebog pisang yang diproduksi Suryanto banyak diburu para pembeli. Rumah produksinya ia beri nama Gerai Omah Debog Surya, yang menghadap ke sungai Brantas di pinggir Jalan Raya Tapen. “Saya menjalankan usaha sampingan ini sejak tahun 2018 yang lalu,” tutur Suryanto.
Peminat kerajinan tangan produksi Suryanto pun datang dari berbagai daerah di Jawa Timur (Jatim) hingga dari luar Jatim. “Mulai dari Jombang, Lamongan, Bojonegoro, Gresik, Pasuruan, Madura, Tuban, Blitar Nganjuk, Madiun, Semarang, Jawa Barat dan Jakarta,” terang Suryanto.
Suryanto mengaku, pembuatan kerajinan ini dilakukannya secara manual. Sehingga untuk menyelesaikan dua buah songkok, dibutuhkan waktu selama satu hari, dan untuk membuat satu buah blangkon, dibutuhkan waktu selama dua hari.
Tingkat kesulitan membuat blangkon dari bahan pelepah dan gedebog pisang ini yakni saat membentuk pola dan menyatukan motif. Soal harga, produk kerajinan tangan di Gerai Omah Debog Surya milik Suryanto memiliki harga yang bervariasi. Dari kerajinan seharga Rp 15 ribu hingga Rp 600 ribu.
Untuk kopyah, Suryanto mematok harga Rp 65 ribu hingga Rp 90 ribu untuk songkok yang paling mahal. Sedangkan untuk blangkon, Suryanto membanderolnya dengan harga Rp 160 ribu hingga Rp 230 ribu.
Suryanto mengatakan, tidak menemukan kesulitan dari sisi bahan baku, karena stok pelepah dan gedebog pisang melimpah. “Kalau pemasaran masih terkendala, biasanya kita jual via online,” terang Suryanto.
Dalam membuat kerajinan tangan, Suryanto memilih dua jenis pelepah pisang. Pertama menggunakan pelepah pisang kering di pohon, dan yang kedua menggunakan pelepah pisang yang kering melalui proses penjemuran.
“Untuk jenis pelepah pisangnya, saya memilih jenis pelepah Pisang Susu dan Pisang Raja. Kenapa memilih jenis pisang ini, karena motif serta coraknya bagus dan seratnya kuat kalau di buat pilinan tidak gampang putus,” bebernya.
Suryanto memiliki harapan, usaha ini ke depan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya. Ia juga berharap kepada pemerintah daerah agar memberikan dukungan terkait pemasaran serta permodalan agar usahanya ini tetap eksis.