Tanda-tanda Ulama, Ini Jawaban bagi Majelis Ulama
Masalah keulamaan menjadi isu penting. Dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI) disinyalir sejak lama ada orang-orang yang justru tidak memenuhi kapasitas keilmuan dalam Islam. Tapi, justru lebih kental muatan politik untuk kepentingan tertentu.
Bahkan, KH A Mustofa Bisri menilai lembaga tersebut tidak jelas. Demikian pula, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sejak lama telah menengarai eksistensi lembaga keulamaan yang difasilitas negara tersebut, sebagai "stempel" untuk mengamankan kebijakan pemerintah sejak zaman Presiden Soeharto.
KH Husein Muhammad, ulama pesantren yang dikenal aktivis gerakan masyarakat, memberikan penjelasan singkat berikut:
Karena mendengar isu sertifikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang viral, seorang teman bertanya :
Bagaimana kita mengetahui bahwa seseorang bisa dianggap atau patut/ layak disebut ulama sehingga pantas masuk jadi pengurus MUI? Apa ciri-cirinya?.
Habib Abdullah Al-Haddad, dalam kitabnya yang sangat terkenal dan dijadikan sumber pengetahuan etika di pesantren, al-Nashaih al- Diniyyah, menyebut sejumlah tanda/indikator karakter ulama:
فمن علامات العالم : ان يكون خاشعا متواضعا خاءفا مشفقا من خشية الله زاهدا فى الدنيا قانعا باليسير منها منفقا الفاضل عن حاجته مما فى يده. ناصحاً لعباد الله. رحيما بهم أمرا بالمعروف ناهيا عن المنكر. مسارعا فى الخيرات ملا زما للعبادات . ووقار واسع الصدر لا متكبرا ولا طامعا فى الناس ولا حريصا على الدنيا ولا جامعا للمال ولا مانعا له عن حقه ولا فظا ولا غليظا ولا مماريا ولا مخاصما ولا قاسيا ولا ضيق الصدر ولا مخادعا ولا غاشا ولا مقدما للاغنياء على الفقراء ولا مترددا الى السلاطين”
"Tanda/ciri orang alim (ulama) antara lain : pembawaannya tenang, rendah hati, selalu merasa takut kepada Allah, bersahaja, “nrimo”, suka memberi, membimbing umat, menyayangi mereka, selalu mengajak kepada kebaikan dan menghindari keburukan/maksiat, bersegera dalam kebaikan, senang beribadah, lapang dada, lembut hati, tidak sombong, tidak berharap pada pemberian orang, tidak ambisi kemegahan dan jabatan, tidak suka menumpuk-numpuk harta, tidak keras hat/keras kepalai, tidak kasar, tidak suka pamer, tidak memusuhi dan membenci orang, tidak picik, tidak menipu, tidak licik, tidak mendahulukan orang kaya daripada orang miskin, dan tidak sering-sering mengunjungi penjabat pemerintahan/penguasa”.
Jadi kalau seseorang tidak punya ciri-ciri itu, maka tidak bisa dan tidak patut disebut ulama, dus tidak pantas masuk jadi pengurus teras MUI.
Teman itu masih bertanya : kalau Testing, bagaimana?. Aku bilang, mudah : baca kitab berbahasa Arab "gundul", I'rab dan Tasripan.
Mendengar itu si teman terkekeh-kekeh saja.
Maaf ya?
Demikian penjelasan KH Husein Muhammad (06.08.2020)