Tanamkan Toleransi, Wahid Foundation Tawarkan Kontra-Narasi
Pelbagai terobosan harus dilakukan agar masyarakat memiliki semacam guidance (panduan) terkait cara mengenali narasi intoleransi dan ekstremisme kekerasan. Selain itu, juga perlu strategi melemahkan pengaruhnya dengan kontra-narasi dan narasi alternatif.
Selain itu, menurut Direktur Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi, pihaknya menemukan banyak narasi pembelahan (polarisasi) di masyarakat dari warisan politik elektoral, seperti narasi anti NKRI serta narasi subordinasi perempuan atas dasar ideologi.
“Kami banyak menemukan narasi-narasi intoleransi, polarisasi, subordinasi, dan lainnya bertebaran di media sosial. Itu bahkan menyasar ke semua kategori usia termasuk anak-anak TK,” kata Hamdi dalam keterangan Rabu 1 Desember 2021.
“Maka dari itu kami berpikir masyarakat perlu panduan bagaimana melawan intoleransi, atas dasar itu terciptalah karya ini,” tutur aktivis ini.
Untuk itu, Ikhtiar Wahid Foundation dalam usaha menanamkan nilai toleransi dan perdamaian semakin konkret dengan meluncurkan Modul Panduan Kontra-Narasi dan Narasi Alternatif Toleransi dan Perdamaian yang dilaksanakan di Hotel Mercure, Jakarta, pada Selasa.
Hamdi yang hadir mewakili Yenny Wahid memaparkan temuan penelitian yang menjadi basis ilmiah penyusunan panduan ini. Dalam temuan risetnya, dikatakan banyak narasi intoleransi dan ekstremisme kekerasan (VE) yang masif disebarkan bahkan ke seluruh kategori usia termasuk anak-anak TK.
Semangat Hadapi Terorisme
Menangkap semangat tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai lembaga pemerintah yang memegang amanat pencegahan dan penanganan tindakan ekstremisme kekerasan mengarah pada terorisme memberikan dukungan atas peluncuran panduan ini.
Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Sudjatmiko, mengapresiasi atas temuan penelitian Wahid Foundation ini. Bahkan, menimbang data temuan ini penting dalam merumuskan upaya mewujudkan perdamaian oleh pemerintah.
“Apa yg dilakukan oleh Wahid Foundation melalui panduan ini sudah sejalan dengan program kontra propaganda yang dilakukan BNPT. Maka dari itu, kami apresiasi sekali inisiasi panduan oleh Wahid Foundation ini.
"Semoga kita yang mayoritas lebih berani tampil menyuarakan perdamaian,” ujarnya.
Sebagai informasi, panduan tersebut disusun berdasarkan studi pemetaan narasi yang dilakukan bersama dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial Politik (LPPSP) FISIP Universitas Indonesia (2020) dan serangkaian FGD dan workshop dengan para ahli lintas iman dan bidang, baik dari pemerintah daerah hingga organisasi masyarakat sipil sepanjang Mei-Agustus 2021.
Peluncuran Modul ini dihadiri oleh kementerian yang tergabung dalam sekretariat bersama implementasi Rencana Aksi Nasional Pencegahan Ekstremisme Kekerasan (RAN PE), perwakilan organisasi masyarakat, tokoh agama, dan pemuda juga sejumlah influencer seperti Habib Husen Hadar dan Kalis Mardiasih.
Tak ketinggalan, pada peluncuran modul panduan itu, Wahid Foundation menghadirkan Institut Humor Indonesia Kini (IHIK) yang berbagi informasi bagaimana humor juga bisa menjadi modal budaya yang dapat dipergunakan untuk mengkampanyekan toleransi dan perdamaian, seperti yang kerap dilakukan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur.