Tanaman Hias Endemik Indonesia Tembus Pasar Singapura
Tanaman hias endemik Indonesia banyak diminati pasar mancanegara. Salah satunya Singapura.
Beberapa pembudidaya tanaman hias di Jawa Timur telah berhasil menembus pasar Singapura sejak beberapa bulan lalu. Pembudidaya tanaman hias ini bahkan kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar Singapura.
Jenis tanaman yang paling banyak diminati pasar Singapura adalah jenis Monstera dan Philodendron. Permintaannya mencapai ribuan pohon dari puluhan jenis tanaman hias monstera dan philodendron. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah untuk satu pohon.
“Sudah dapat pesanan banyak. Satu bulan sampai seribu tanaman perjenis. Ada 10 sampai 20 jenis,” jelas Khoirul Fanani, 29 tahun, salah satu pembudidaya tanaman hias di Banyuwangi.
Pria yang tinggal di Desa Parijatahkulon, Kecamatan Srono, Banyuwangi, ini menyebut ekspor tanaman hias ke Singapura ini sudah berjalan kurang lebih dua bulan ini. Selama ini pembudidaya tanaman hias cukup kewalahan memenuhi permintaan dari Singapura.
“Kuota petani kita masih kurang, jadi itu di-support teman-teman dari kota lain seperti Malang, Sidoarjo dan Surabaya,” ujar Pria yang tinggal di Desa Parijatahkulon, Kecamatan Srono, Banyuwangi.
Untuk eksporpun dirinya masih “numpang” pada rekannya sesama pembudidaya tanaman hias yang ada di Surabaya. Untuk memenuhi permintaan pasar Singapura itu, dia berkolaborasi dengan pembudidaya tanaman hias dari kota-kota lain di Jawa Timur dari Malang, Sidoarjo dan Surabaya.
Untuk melakukan ekspor sendiri dirinya mengaku masih terkendala administrasi dan pengiriman. “Pengiriman harus di Juanda. Jadi, saya numpang teman di Surabaya,” ungkapnya.
Sehari-hari, Khoirul, panggilannya, membuka kios bunga di dekat rumahnya. Awal mula dirinya bisa menembus pasar Singpura dari live media sosial. Baik itu di Instagram maupun Facebook melalui akun Kebun Petara. Dari sana dia mencoba masuk ke marketplace Singapore Indonesia.
Dia menambahkan, Petara merupakan Asosiasi Perkumpulan Pecinta, Petani, Pedagang Tanaman Hortikultura Banyuwangi. Selama ini dirinya bersama anggota Petara telah membudidaya berbagai tanaman hias jenis monstera dan Philodendro. Salah satu jenis Philodendro yang dibudidayakan adalah Philodendro Giganteum Var.
Selama ini, tanaman hias tersebut didapatkan dengan membeli pada pada orang. Sebagian lagi dari hasil hunting sendiri. Hunting tanaman hias ini tidak hanya dilakukan di hutan yang ada di kawasan Banyuwangi saja tetapi juga di berbagai hutan yang ada di Indonesia.
“Dari Banyuwangi sendiri 50 sampai 100 pohon dari 3 sampai 5 item tanaman. Omsetnya per sekali kirim Rp20 juta sampai Rp50 juta,” ujarnya.
Khoirul dan teman-temannya di Petara saat ini sedang berupaya untuk melakukan ekspor sendiri. Pengurus Petara sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi terkait rencana ekspor tanaman hias atas nama Banyuwangi sendiri.
“Saya minta di-support untuk surat-surat dan lain-lainnya,” jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Arief Setiawan menyatakan, untuk bisa melakukan ekspor sendiri, harus memiliki sertifikasi ekspor. Sehingga tidak serta merta calon eksportir bisa melakukan ekspor. Selain itu, calon eksportir juga harus memiliki konsistensi terkait komoditas yang akan dieskspor.
“Barangnya tersedia untuk diekspor. Kalau mereka kontraknya satu bulan sekian itu harus ada. Kalau tidak ada, tidak akan ada yang mengambil,” tegasnya.
Untuk itu, menurut Arief Setiawan, Dinas Pertanian dan Pangan akan mendampingi para petani tanaman hias ini agar bisa melakukan ekspor sendiri. Ke depan, akan dilakukan pendampingan agar petani bisa menyesuaikan dengan peraturan perundangan yang ada. Begitu juga dengan akses pada karantina.
“Untuk ekspor ini konsitensinya apa, keberlanjutannya bagaimana. Akan ada asistensi ke sana,” terangnya.