Tanah Desa di Jombang Jadi Tempat Pembuangan Limbah Wafer
Dibuangnya limbah wafer ke sebidang tanah yang diketahui adalah aset Desa Daditunggal, Kecamatan Ploso, menuai pro kontra dari sejumlah warga.
Selain belum mengetahui ada tidaknya perjanjian sewa lahan antara perusahaan dengan pemerintah desa, warga juga mempertanyakan ke mana limbah wafer yang sudah diolah itu akan dibawa.
Utomo, 40 tahun, salah satu warga mengatakan, tanah tersebut sudah menjadi tempat pembuangan limbah wafer sejak kurang lebih dua bulan terakhir.
"Wafer masih di dalam plastik kemasan. Sepertinya yang dibuang adalah produk kedaluarsa akibat lama tidak laku, dan tiba di sini dengan diangkut truk," katanya.
Limbah yang sudah dibuang ke lahan tersebut, kemudian diolah oleh sejumlah orang. "Tidak tahu mau digunakan apa, yang jelas dipilah-pilah. Mungkin masih mau digunakan lagi atau bagaimana saya kurang tahu," kata Utomo.
Setelah beberapa hari berada di lahan tersebut, limbah lalu dibakar. Ada orang tersendiri yang bertugas melakukan proses ini.
Saat ini, baru seukuran kurang lebih 3x6 meter dari total luas tanah aset desa yang digunakan tempat pembuangan limbah. Sisanya, masih digunakan untuk kegiatan pertanian.
"Tidak tahu ini perjanjian sewanya bagaimana. Kalau memang disewa untuk dumping limbah dari perusahaan, idealnya kan seluruh lahan. Tidak cuma seukuran ini," katanya.
Sementara, Kepala Desa Daditunggal Achmad Suliono ketika dikonfirmasi tak membantah informasi ini. Namun ia tak sepakat jika yang dibuang disebut sebagai limbah. "Itu bukan limbah, tapi sampah harian berupa plastik dan kertas," katanya.
Suliono juga mengklaim warga sekitar justru menyambut baik ada sampah tersebut. "Ada tambahan pendapatan dari mengais, di situ masih banyak yang bisa dijual. Bisa dilihat antusias warga dalam memilahnya," imbuhnya.
Ia juga tak menampik benda yang dibuang itu dari salah satu pabrik yang berdiri di wilayah desanya. "Memang dari pabrik. Wafer BS (sortiran) ada yang ambil sendiri untuk diolah lagi dan sudah ada ijin resminya," katanya.
Suliono juga menyatakan sudah ada musyawarah desa dan disepakati membangun gudang di atas lahan itu. "Karena masih terkendala dana, untuk sementara dibuat buang sampah. Mungkin habis panen ini mulai pengurukan," kata Suliono.