Tamu Papua Barat, Terkesan Daur Ulang Griya Sapu Lidi
Rombongan tamu yang berkunjung ke Bank Sampah Griya Sapu Lidi kembali terkesan dengan penerimaan maupun materi pengelolaan sampah yang disampaikan. Rombongan yang terkesan kali ini datang dari Kabupaten Tambrauw, Papua Barat.
Sebanyak 20-an orang dari DLH itu, Kamis (12/9) belajar pengelolaan sampah dengan sistem Bank Sampah di RW 26, Perum Gumuk Indah, Sidoarum, Godean, Sleman ini. Kunjungan ke bank sampah yang pernah meraih Best of the Best Program DIY Green and Clean ini, merupakan rangkaian Bimbingan Teknis (Bimtek) pengelolaan sampah. Sehari sebelumnya mereka menjalani Bimtek di Hotel Abadi, Yogya. Materi diberikan oleh Erwan Widyarto.
Kehadiran tamu yang puas dengan materi pelatihan maupun menu makanan tak hanya sekali ini terjadi. “Alhamdulillah, semua tamu merasa puas sehingga kesan terhadap Griya Sapu Lidi tidak hilang begitu saja. Banyak tamu yang hadir, masih terus menjalin komunikasi selepas bertamu dari sini. Prinsip kami memang memuliakan tamu,” tandas Sekretaris Bank Sampah Griya Sapu Lidi Dyah Arbaatun.
Siang itu, rombongan hadir ke Griya Sapu Lidi dengan bus. Berhenti di jalan utama perumahan Gumuk Indah, Sidoarum, Godean. Rombongan kemudian berjalan masuk ke gang mengarah ke bank sampah. Begitu masuk lokasi bank sampah, rombongan disambut dengan kelompok musik kenthongan dari ibu-ibu anggota Bank Sampah Griya Sapu Lidi.
Lagu “Rek Ayo Rek” dilantunkan selama rombongan berjalan menuju buku tamu dan mengambil makanan kecil. Beberapa anggota rombongan ikut menyanyi sembari membubuhkan nama di buku tamu. “Luar biasa ini penyambutannya. Terima kasih bapak. Terima kasih ibu,” ujar Ramdhan dari Lembaga Kajian dan Kebijakan Pemerintah Indonesia (LK2PI) yang mengkoordinir rombongan dari Papua Barat ini.
Tak hanya puas dengan sambutannya, anggota rombongan juga mengaku senang dengan sajian makan siangnya. Bobor daun kelor, oseng daun pepaya dengan tahu dan tempe goreng. Semuanya enak. Ayam rempahnya mereka juga suka. Terlihat beberapa di antaranya menambah makannya.
Saat makan ini, para tamu dihibur lagi dengan kelompok musik Kenthongan. Lagu “Pariwisata” mengalun mengiringi tamu melahap sayur tradisional khas Griya Sapu Lidi.
Rombongan juga puas dengan materi pengelolaan sampah maupun praktik daur ulang. Hal tersebut terlihat dari ekspresi seorang peserta. “Ini kenang-kenangan yang tak ternilai harganya. Tidak bisa dinilai dengan rupiah ini,” kata Bu Kambuaya seraya melipat gaun putih hadiah dari Bank Sampah Griya Sapu Lidi. Segera ia masukkan gaun putih spesial tersebut ke dalam tasnya.
Gaun putih tersebut memang bukan sembarang gaun. Itu adalah gaun hasil kreasi Iin Istatik, bendahara Bank Sampah Griya Sapu Lidi. Gaun dibuat selama sekitar 15 menit. Yakni di sela-sela acara kunjungan lapangan yang dipimpin langsung Kepala DLH Oscar Bame.
Usai paparan mengenai mekanisme kerja pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah, para tamu ditunjukin hasil kreasi daur ulang. Salah satunya gaun atau baju daur ulang dari tas kresek. Saat melihat baju yang sudah jadi, para tamu ingin melihat langsung proses pembuatannya. “Bagaimana itu plastik diseterika tidak lengket? Bisa dipraktikkan?” teriak beberapa ibu anggota rombongan.
Sekretaris Bank Sampah Griya Sapu Lidi Dyah Arbaatun pun mempraktikkan cara menyeterika plastik kresek. Dia mengambil beberapa plastik kresek dan kertas sampul. “Plastik yang akan kita buat lembaran, kita potong bagian bawah dan atasnya. Lalu kita lembarkan. Taruh kertas sampul atau kertas minyak di atasnya. Baru kita seterika hingga menyatu,” papar Dyah.
Lembaran ini bisa menjadi bahan dasar kerajinan. Bisa dibuat bunga. Bisa dibuat lukisan. Bisa dibuat baju. Semua tergantung kreativitas. Di Bank Sampah Griya Sapu Lidi ada contoh plastik kresek dibuat lukisan pepohonan, lukisan Arca Budha, dan kaligrafi. “Kalau di Tambrauw bisa dibuat gambar Cendrawasih atau Kasuari. Atau Penyu Belimbing,” sahut Sekretaris Dinas Anthon Titit.
Cendrawasih dan Kasuari hewan khas Papua Barat. Sedangkan Penyu Belimbing binatang khas Tambrauw. Gambar penyu ini dijadikan lambang kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong Raya ini.
Saat Dyah Arbaatun menjelaskan dan mempraktikkan proses pembuatan bahan dasar plastik ini, Iin Istatik juga melakukan hal yang sama. Iin menyeterika plastik kresek putih. Lalu digabung-gabung membentuk pola baju. Semuanya dengan menggunakan seterika. Tidak dijahit. Jadilah gabungan kresek putih itu gaun putih dengan tali ikat di bagian belakang.
Bu Kambuaya yang sejak awal begitu antusias soal pengelolaan sampah dan daur ulang terus memperhatikan. Ketika gaun tersebut selesai, ia langsung meminta untuk memakainya. Maka Istatik pun mengenakan gaun putih tersebut ke tubuh Kambuaya. Dengan berlagak seperti peragawati, perempuan ini pun bergaya di depan rekan-rekannya.
Terpuaskan oleh materi pengelolaan sampah, oleh menu makan siang, membuat mereka dengan ringan memborong aneka produk daur ulang. Daur ulang ini ditampilkan divisi daur ulang Bank Sampah Griya Sapu Lidi. Ada daur ulang dari plastik, kertas, tempurung kelapa, sachet kopi, koran bekas, tutup botol dan sebagainya.
Dalam waktu sekejap, tas belanja dari bungkus sabun cuci, tikar anyam dari bungkus mi instan, tempat pensil dari kawul (sachet yang dirajang), bunga dari sendok plastik, kreasi kertas koran, dan lainnya ‘terbang’ ke Tabrauw.
Mereka sepertinya melaksanakan kata-kata dari Ketua RW 26 Yudi Trihatmanto. Saat memberi sambutan, dengan bercanda Yudi meminta agar para tamu menyerap semua ilmu yang diberikan. Lalu menikmati suasana selama berada di Jogja dan menghabiskan uang saku untuk membeli oleh-oleh. “Beli saja semua yang menarik untuk oleh-oleh keluarga. Kalau daur ulangnya bisa dipelajari atau ditiru. Silakan saja,’’tegasnya. (*)
Advertisement